Bali #5 : It's Just the Beginning

Voila! Bali!

Why people talk about Bali too much? Kenapa Bali jadi the most popular place bagi para traveler? Bahkan di TripAdvisor, Bali jadi tempat yang paling dilongok wisatawan di web traveling itu? Sayangnya aku tiba malam hari di Pelabuhan Gilimanuk dan masih harus menempuh perjalanan selama 3 atau 4 jam lagi menuju jantung-nya Bali. Yang kulihat sepanjang perjalanan hanyalah pepohonan, mobil-mobil besar yang menuju pelabuhan, dan beberapa rumah yang kemudian diselingi lagi dengan pepohonan. Gelap. Hujan turun rintik-rintik di luar sana. Sampai di sini, aku belum memutuskan akan turun di mana.


Kulirik tiket bis. Tertera di sana tujuan akhirku : Terminal Mengwi. Hanya saja, aku sendiri tidak tahu apakah lokasi terminal tersebut dekat dengan tempatku menginap nanti. Kernet bis menghampiriku. Ia bertanya di mana aku akan turun. Kubilang di Mengwi. Ia menawarkanku untuk turun di Terminal Ubung saja tapi harus menambah ongkos. Aku menolak. Lalu Mba Ida menawarkanku turun dengannya di Kediri. Katanya, baiknya aku menelepon taksi kalau memang tak ada yang menjemput. Aku menanyakan nomor taksi ke panitia seminar yang akan kuikuti. Syukur aku dapat taksi.

Pukul 23.00 WITA. Bis menurunkanku dan Mba Ida di perempatan jalan di daerah Kediri. Daerah Kediri sendiri letaknya beberapa kilometer sebelum Terminal Mengwi, terminal besar tempat pemberhentian terakhir bis antar-provinsi. Taksiku sudah datang. Aku pamit pada Mba Ida.

Namanya Pak Made. Aku duduk di sisinya di dalam taksi yang ia kemudikan. Aku minta diantarkan ke Hotel Permata Dana di Jalan Pidada 5, tempat aku akan menginap beberapa hari ke depan. Setelah berbasa-basi tentang dari mana aku berasal, Pak Made memulai ceritanya tentang Raja Bali dan Patih Gajah Mada. Tentang bagaimana akhirnya Bali jatuh ke tangan Majapahit. Tak terasa perjalanan sudah berlalu hampir satu jam. 

"Kenapa ndak turun di Terminal Ubung? Jalan Pidada itu letaknya di belakang Terminal Ubung. Adik cuma tinggal jalan kaki." Pak Made mengalihkan topik sembari menunjukkan kalau di sisi jalan sebelah kanan adalah Terminal Ubung. Aku tersentak. Ah! Lalu muncullah kata-kata sakti itu di pikiran : "seandainya... pasti...". Aku menggelengkan kepala. Sudahlah. Aku sudah lelah dan ingin cepat beristirahat.

Hotel Permata Dana sepi. Aku mendapat kamar dekat meja resepsionis. Kamarku luas. Ada sebuah televisi, kipas angin, kasur yang cukup untuk dua orang dan kamar mandi. Tarifnya Rp 70.000,- per malam. Kurebahkan diri sebentar, lalu mencuci kaki dan bersiap tidur.

Bali, berbaik hatilah padaku beberapa hari ini. Kita mulai berteman, ya! The real journey has just begun! Be ready, dear Intan!

Comments

noe said…
Seandainya.... kau asa diaini denganku... mungkin ku tak sendiri.. lalalala

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi