Posts

Showing posts from February, 2013

Menjadi Penjelajah

Bapak mengenalkanku pada debu, pada jalanan yang berdebu. Kemudian ia membawaku menjauh, bertemu nelayan melempar sauh. Ia membiarkanku mencium pematang, pada hari yang benderang. Dan ia mengirimku pada hari, agar kudapat berlari. Kantor yang telah sepi, malam yang kian hitam. Si kecil Kirakira -netbook saya- dengan setianya menemani. Mulailah saya "menjelajah". Dari twitter, google, dan tak lupa facebook. Di facebook, saya temukan satu notification di grup Backpacker Koprol yang saya ikuti. Mba Noe yang melempar topik : Jogja. Disahuti Mba Donna yang menanggapi dengan penjelajahan di Teluk Kiluan, Lampung. Ah, saya hanya bisa ikut "menonton" saja. Saya jadi ingat bucket list saya ketika awal kuliah, salah satu list yang saya buat adalah, saya ingin melakukan perjalanan. Kalau tidak salah, saya menulis ingin backpack ke Jogja dan Bogor. Alhamdulillaah, dua tempat itu sudah saya singgahi. Alhamdulillaah sepanjang 2011 hingga 2012 Jawa Barat hampir semuanya p

Makan Malam Sambil Lihat Bulan di Warung Nasi Goreng MG

Sepertinya kita sepakat, kalau pedagang nasi goreng dapat kita temui di hampir seluruh bagian Kota Kembang ini. Dari pedagang nasi goreng keliling yang masuk dari satu gang ke gang lainnya, yang ngetem di pinggir-pinggir jalan dengan tenda warna-warni, sampai di food court di mall. Dan sepertinya, kita tak pernah bosan dengan jenis makanan yang satu ini.  Saya sebenarnya bukan termasuk penggila nasi goreng seperti adik saya, jadi saya memang tak punya tempat yang patut direkomendasikan terkait perihal nasi goreng enak. Tapi, melirik setahun ke belakang, ada satu tempat yang bikin saya kepincut. Sebutlah namanya Warung Nasi Goreng MG. MG sendiri merupakan singkatan dari Mas Gio, mungkin mencatut nama pemiliknya, saya sendiri belum sempat bertanya. Warung ini terletak di Jalan Wastukancana, tepat di sebelah Rumah Pangdam dan berhadapan dengan Iga Jogja. Letaknya cukup strategis dan dilalui banyak kendaraan. Dulu, ketika saya pertama kali datang ke warung yang digawangi tiga oran

Rumahku Rumah Dunia

Image
Rumahku rumah dunia, kubangun dengan kata-kata. Inikah Serang itu? Pukul 16.00 WIB. Hawa panas langsung menyambut begitu saya turun dari bis Armada yang mengantar saya dari Bandung menuju Terminal Pakupatan Serang. Sengatan hawa panas kontras sekali dengan hembusan angin dari air conditioner yang empat jam tadi menghibur saya di bis. Tak saya sangka, Serang begitu mirip udaranya dengan Indramayu! Tujuan saya hari itu adalah Rumah Dunia. Ingin rasanya bisa cepat sampai di sana, namun rasanya tak ada salahnya juga bila beristirahat dulu sejenak di masjid terminal, siapa tahu bisa bertanya ke warga sekitar tentang rute angkutan kota yang bisa saya naiki agar sampai di Rumah Dunia dengan selamat. Saya menemui seorang bapak penjaga tempat penitipan barang di salah satu sisi masjid. Dari cara bapak tersebut berbincang dan dari logat bicaranya, sepertinya saya cukup merasa familiar. Hanya beberapa menit saja rupanya jarak dari Terminal Pakupatan menuju Rumah Dunia dengan bantuan

Menemukan "Rumah" di Angkringan

Image
Hari itu, saya keukeuh mengajak orang kantor untuk makan di angkringan. Rasanya sudah sepekan lebih tidak mampir dan nangkring di sana. Syukur, Teh Nun antusias. Saya pikir iapun sudah lama tak makan-makan di angkringan. Jadilah saya dan Teh Nun berangkat naik motor ke Angkringan Mas Jo, angkringan yang setahun ini jadi langganan saya. Sementara itu, Ibu Dine dan Ibu Levy mengikuti di belakang. Mereka cukup penasaran lantaran kami, golongan muda, gemar sekali mampir di angkringan setiap pulang kerja. Angkringan Mas Jo hari itu tak terlalu ramai, masih ada dua meja panjang yang kosong melompong, tak seperti biasanya. Mungkin karena mahasiswa masih berkutat dengan nuansa awal semester (apa hubungannya coba? entahlah, anggap saja mereka jadi terlampau sibuk atau apalah). Angkringan Mas Jo biasanya memang selalu ramai. Terletak di Jalan Gelap Nyawang tepat di seberang Gedung MBA ITB Bandung, menjadikannya sebagai salah satu alternatif makan malam bagi para mahasiswa. Meski di sekitar

Menikmati Senja di Mercusuar Anyer

Image
Matahari sudah hampir pamit ketika saya sampai di Anyer, Sabtu, 9 Februari 2013. Pantai yang merupakan salah satu andalan pariwisata Provinsi Banten ini terlihat tenang. Hembusan angin semilir mengiringi senja yang merangkak hati-hati. Ini adalah pertama kalinya saya ke Anyer. Perjalanan saya ditempuh dari Carita, Kabupaten Pandeglang, dengan menaiki angkutan kota. Saya membayar Rp 15.000,- untuk tarifnya. Anyer juga dapat ditempuh dengan angkutan kota dari Alun-alun Kota Serang menuju Simpang Tiga Cilegon, dengan tarif Rp 5000,- dan memakan waktu tempuh sekitar 30 menit. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan naik angkutan kota dari Simpang Tiga ke arah Anyer, tarifnya Rp 5000,-.  Pantai Anyer luas menghampar, memanjang hingga ke Carita. Anyer hampir serupa dengan pantai-pantai lain. Namun, Anyer tetap memiliki pesonanya sendiri. Pesona Anyer diwakili oleh sebuah bangunan bercat putih dan berbentuk silindris yang mengerucut di bagian puncaknya. Bangunan tersebut tinggi menj

A Piece of Didit

Image
dan kita sekali lagi dibuat tak mengerti, tentang satu rahasia yang pasti terjadi. Hampir tengah malam ketika saya membaca sepotong tweet yang menyisip dalam timeline twitter saya : @Mpeby : Eh temen2 sasi 2007, dapet kabar klo Didit meninggal..please, jangan becandaanlah Terkejut, pasti. Meski selama masa SMA saya selalu sekelas dengan Didit, namun saya belum sepenuhnya yakin kalau Didit yang dimaksud oleh Mpeb adalah Didit Indra Agung Wibawa, teman sekelas saya selama tiga tahun SMA. Di sekolah saya, pada angkatan saya, kalau tidak salah ada dua orang bernama Didit, jadi sepertinya saya perlu mengonfirmasi, khawatir kabar tersebut hanya hoax meski tak dapat disebut sebagai candaan. Dan malam itu juga, seorang kawan mengirim pesan : Ntang, Didit meninggal. Kita doain ya... Maka benarlah rahasia itu hanya milik Allah... Tanggal 5 Februari lalu, saya sempat mengikuti  tweet Didit yang muncul dalam timeline  saya. Ia asyik mengobrol dengan teman-temannya, sesekali meny