Posts

Showing posts from February, 2012

GALAU

Image
Ada hal-hal yang sulit kita pahami: mengapa seseorang memilih manggis dibanding mangga? mengapa orang memilih berbelok, sementara yang lain berjalan lurus ke depan? Jalan hidup. Bagi setiap memang berbeda arahnya. Saya mungkin ke utara, sementara kamu ke selatan, atau justru menuju barat, mungkin juga ke timur. Dan bukan kita yang mengatur. Itu yang ingin saya sampaikan pertama kali. Pagi ini, saya mendapati seorang kawan yang menulis status pada akun jejaring sosialnya. Saya lebih senang menyebutnya Satria, karena mungkin kini saya memandang ia sebagai seorang ksatria. Bukan untuk siapa-siapa, namun untuk kebaikannya sendiri. Satria, dalam jejaring sosialnya itu menulis seperti ini, Kalo saya ga tinggal dirumah, siapa yg bakal bantuin mamah di rumah????? Ini yang mengganggu pikiran saya!! Saya mengenalnya saat berseragam putih-abu, dipertemukan dalam satu sekolah. Ia masuk ke kelas berjuluk kelas standar internasional. Dahulu, saya mengira ia sama seperti siswa-siswa l

Ia Mengobrak-Abrik Impian Saya!

Aih, judul macam apa yang saya buat untuk tulisan ini? Saya juga tidak mengerti karena saya sendiri tidak terlalu mau ambil pusing dalam pemilihan judul kali ini. Ya, setidaknya mungkin itu yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini: ia (betul-betul) menngobrak-abrik bangunan impian saya! *** Saya dibenturkan pada pertanyaan ini akhirnya: apa yang menjadi tujuan hidup saya? Sedari dulu saya sudah jatuh cinta pada sepenggal kalimat fa ayna tadzhabuun? ana tadzhabu 'alallaah! Sebuah kalimat yang mengindikasikan bahwa kepada Allah-lah langkah-langkah ini tertuju. Namun malam itu, ketika seharusnya saya menikmati malam seorang diri, seseorang membenturkan saya pada tujuan hidup saya, impian-impian saya yang pada akhirnya menciptaka serentetan pertanyaan lain dalam benak saya. *** Saat ini, saya bekerja pada salah satu lembaga semi LSM. Pekerjaannya sebagai relawan, merangkap juga staf pada salah satu divisi, juga mengasisteni staf ahli psikologi. Mengapa dan untuk apa saya di

Begini Ia Mengajari Saya

Sungguh, justru indah saat melihat pemandangan itu! Ketika tiba pagi tadi di kantor, Ibu Dwi mengajak untuk ta'ziah ke rumah Ibu Dine. Rupanya, ayahanda dari Ibu Dine wafat pagi tadi. Jadilah pagi ini, Ibu Dwi, Teh Fika, Teh Ani, dan saya pergi menuju rumah duka sementara Hanif ditugasi menjaga kantor. Dari pinggir jalan setelah perempatan Moh. Toha, sudah terlihat lambaian bendera kuning, di situlah lokasi rumah duka yang kami tuju. Suasana rumah duka cukup ramai, beberapa bapak duduk di halaman rumah yang berada dalam gang tersebut, beberapa ibu juga turut duduk di sana, sementara yang lalin berdiri di sekitar rumah. Memasuki rumah tempat Ibu Dine dibesarkan, tidak tampak keberadaan Ibu Dine, suaminya, maupun terdengar celotehan Zahra atau Nafis. Kami harus mengelus dada ketika mendapati kabar dari ibunda Ibu Dine kalau Ibu Dine sekarang sedang di rumah sakit, Nafis rupanya sakit tadi pagi dan langsung dilarikan ke rumah sakit. jadi setelah mendoakan almarhum ayahanda Ibu Din

untitled

Hidup ternyata lebih dari apa yang sekedar kita pikir. Sulit, apalagi untuk saling memahami. Mudah, untuk sekedar menggoreskan luka di jiwa. Sulit, untuk berbagi, tapi mudah untuk sekedar menghamburkannya demi pernak-pernik hidup yang sedetik setelahnya pun kita lupa. Hidup, ternyata lebih dari sekedar berinteraksi dengan sesama. Hidup adalah kesempatan untuk memberikan yang terbaik pada setiap hal yang hati kita pun menuju padaNya. Tapi kadang sulit untuk mengembalikan kemurnian niat. Waktu adalah kesempatan untuk mengucap syukur, bahkan untuk mengucap 'terima kasih' pada setiap kebaikan yang kita terima, atau 'maaf' pada setiap kesalahan yang menyakiti orang lain. 10 Februari 2010

Memaknai Perbedaan

Pelajaran mengenai hidup, mungkin bisa kita petik di mana saja karena taman-taman kehidupan begitu luas terbentang. Mungkin juga apa yang saya tulis di sini sudah termaknai oleh kawan-kawan sekalian. Namun kadang kita terlupa, sedikit terhanyut hiruk pikuk sampai-sampai pemaknaan hidup itu terendap begitu saja dalam bangunan alam bawah sadar. Kawan, sedikit ingin berbagi. Ketika melihat orang yang kita temui di jalan, di kampus, di masjid atau di mana pun, sering kali kita langsung memberikan komentar (walaupun komentar itu tersimpan di hati saja). Entah komentar baik, entah komentar yang masyaAllah, justru membangkitkan buruk sangka. Sama seperti yang pernah saya alami. Ketika melihat seseorang, kadang saya berharap ia menampilkan apa yang saya harap ia tampilkan di hadapan saya, mengharap ia tampil sesuai gambaran yang saya inginkan. Iya, kadang kita memaksa orang lain sama seperti apa yang kita mau. Padahal, saat itu lah sebenarnya kehidupan ini indah, ketika satu o

Indahnya Jikalau Kita Mampu Mengenal

Image
Kadang kita tak menyadari kalau di luar sana, ada orang-orang yang mengenal diri kita tanpa kita tahu. Mengawali tahun 2012, saya berekesempatan menghadiri sebuah acara pelatihan wirausaha bagi para ODHA di wilayah Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Kehadiran saya di acara tersebut adalah undangan personal dari salah seorang rekan yang bergerak di isu-isu HIV/AIDS di Indramayu. Sykur saya berkesempatan untuk hadir.  Saya memilih untuk duduk di sudut belakang, agar dapat mengobservasi para ODHA selama kegiatan. Mereka tampaknya cukup antusias. Kursi yang ada di ruangan tersebut terisi penuh. Saya mengapresiasi kelompok dampingan sebaya (KDS) bagi ODHA di wilayah ini karena mampu memfasilitasi para ODHA dalam hal pemberdayaan. Tiba pada sesi terakhir dari pelatihan tersebut, saya tak sengaja bertatap muka dengan seseorang yang sedari tadi duduk tak jauh dari saya. Saya ingat, ia beberapa kali melempar senyum pada saya. “Kamu anak MCR, ya?” tanyanya pada saya. “Bukan, Mba.

Perjalanan : Menulis

Image
Kapan tepatnya saya mulai menulis? Hm, saya sendiri tidak begitu tahu, namun yang jelas hari itu, ketika saya masih kelas dua sekolah dasar, Bapak memperkenalkan saya pada sebuah mesin tik di kantornya. Saat itu, saya baru memiliki seorang adik. Perasaan gembira itu saya tuangkan dalam beberapa kata, dengan judul Adikku. Ya, sebuah puisi khas anak-anak yang polos, apa adanya. Di sekolah dasar saya, Ibu Guru sering menyuruh kami menulis, terutama ketika ada event tertentu seperti libur lebaran atau libur kenaikan kelas. Saya menyukainya karena saya punya banyak hal untuk diceritakan, seperti ketika harus duduk di sela gerbong kereta ketika pulang lebaran di rumah nenek atau ketika menemani Bapak berjalan-jalan menengok sapi miliknya. Saya mengawali hobi saya menulis dengan menulis puisi, berlanjut dengan menulis pengalaman pribadi. Ketika saya mengakrabi majalah Bobo, saya mulai tertarik menulis cerita fiksi. Alhasil, saya menyediakan buku khusus untuk menulis cerita, yang kad