Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi

Perjalanan ini saya sebut sebagai perjalanan nostalgia. Setelah tidak mendapatkan tiket kereta untuk pulang ke Bandung dan terpaksa menginap semalam di rumah teman masa kuliah, akhirnya saya putuskan untuk menjelajah beberapa sisi Cirebon. Selain terkenal dengan Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Situs Makam Sunan Gunung Jati dan sentra batik Trusminya, Cirebon juga masih menyimpan kekayaan wisata yang lain. Saya harus me-recall ingatan ketika saya masih berusia lima tahun, ketika saya asik masuk dan keluar dari gua-gua : Tamansari Gua Sunyaragi. Ya, ke tempat inilah saya akan bernostalgia!

Hari Minggu (16/3) jelang tengah hari, saya sampai di gerbang Tamansari Gua Sunyaragi. Tamansari Gua Sunyaragi berlokasi di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. Cukup mudah ditemukan karena berlokasi tepat di pinggir Jalan By Pass dan dekat dengan Terminal Harjamukti Cirebon. Letaknya yang berada di sisi jalur utama pantura Cirebon yang ramai, Sunyaragi justru mendiami kesunyian. Setelah membayar Rp 8.000,- sebagai tiket masuk, saya menyusuri Gua Sunyaragi yang luasnya sekitar 15 hektar. 

Hamparan bebatuan dan bukit
 Hamparan gua-gua batu di antara bukit-bukit kecil mulai terlihat begitu saya masuk ke gerbang dalam. Melihat banyaknya gua yang tersusun teratur di situs ini, kita dapat dengan mudah mengetahui kalau Gua Sunyaragi bukanlah gua yang terbentuk secara alamiah. Ya, Gua Sunyaragi memang sengaja dibuat oleh pemerintah yang berkuasa saat itu, sekitar tahun 1700-an (terdapat beberapa versi terkait kapan berdirinya Gua Sunyaragi).

Kata Sunyaragi berasal dari dua kata yang digabungkan, yaitu kata sunya yang berarti sunyi atau sepi dan kata ragi yang berarti raga. Gua Sunyaragi pada masa itu memang digunakan sebagai tempat untuk menyepi (berkhalwat). Tamansari Gua Sunyaragi terdiri dari beberapa gua, kolam-kolam pemandian, bangsal, juga gerbang bentar, yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Selain digunakan untuk menyepi, situs ini juga digunakan untuk membuat senjata dan tempat para prajurit berlatih.


Tamansari Gua Sunyaragi, foto diambil dari Bale Kembang
Namun sayang, di areal situs ini, tidak ada catatan tentang Gua Sunyaragi. Saya baru menemukan sedikit informasi tentang gua ini dari flyer yang ditempel di dinding, setelah keluar dari area. Beruntung saya juga dipertemukan dengan Pak Wowo, salah satu pengelola situs ini, yang sedikit berbagi cerita tentang Gua Sunyaragi. Bagi para pelancong sejarah, ada baiknya untuk meminta jasa guide pada petugas ticketing agar mendapat informasi yang lengkap terkait Gua Sunyaragi.


Seperti kebanyakan perjalanan nostalgia, kita hanya butuh pengungkit kenangan dan ternyata tak banyak yang bisa saya recall dari kenangan masa kanak-kanak saya di sini. Dan di sinilah saya : menyepi dan berkelana menikmati sunyi yang ditawarkan setiap sisi Tamansari Gua Sunyaragi. 



Nb : semua foto dalam tulisan ini milik penulis.

Comments

Tempatnya sunyi beneran nih mbak, atau datang kesana pas bukan hari libur ya?
Indonesianholic said…
Keren juga ternyata, padahal waktu ke cirebon gak sempat kesini.
Unknown said…
kemarin sy ke sana hari minggu mak... ada sih pengunjung tapi atmosfer tempatnya emang sepi
Unknown said…
hehe.. berasa masuk lorong waktu. dan yg paling bikin gimanaaa gtu ya atmosfernya sih.
jd penasaran pgn ksana....
Unknown said…
ayo mak! hihi :))
bishop said…
baru tau kalo cirebon ada tempat ini, nice post..
noe said…
Kalo liat sekilas foto thumbnail.. lgaung mikirnya itu di situs gunung padang. Hamparan batunya ituu.. eksotis. Ternyata di cirebon ;)
bocah petualang said…
Hebat juga ya orang dulu bisa bikin gua seperti ini...
bocah petualang said…
Hebat juga ya orang dulu bisa bikin gua seperti ini...
Unknown said…
@Mba Noe : iyak, kayak Gunung Padang :D

@Bocah Petualang : keren yaaaakk! bisaan

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...