Posts

Showing posts from March, 2012

Belajar Memahami

Kali ini, Tuhan memaksa saya untuk belajar memahami (lagi). Saya sedang mengantri di salah satu outlet  roti ketika membaca iklan itu. Sebuah toko roti terkemuka sedang membutuhkan karyawan untuk ditempatkan di beberapa outlet nya di Bandung. Persyaratannya cukuplah sederhana, hanya menyertakan ijazah SMA saja selain usia maksimal adalah duapuluh lima. Mudah sekali, bukan? Saya langsung teringat seorang kawan yang waktu itu pernah mengatakan, "Saya mau tinggal sama Intan aja ah. Kerja di Bandung!". Maka saya langsung mencatat persyaratan tersebut kemudian mengirimkan pesan singkat ke teman saya nun di Indramayu sana. Mudah-mudahan, memang ada bagian rezeki teman saya ini di toko roti tersebut. Dalam sekejap, telepon selular saya bergetar tanda pesan masuk. Oops, dari teman saya rupanya. Awalnya ia bertanya tentang batas usia. Saya katakan ia masih cukup umur. Kemudian ia bertanya tentang ijazah, saya bilang ya tinggal sertakan saja. "Saya ga punya ijazah, Tan!&

Being Different

Kau tahu bagaimana rasanya menjadi berbeda? Aku tidak tahu, sampai (Akhirnya) saat itu tiba juga. Saya ini memang mellow, saat menuliskan ini pun sedang mellow sekali. Jadi, siapapun yang baca tulisan saya kali ini, harap maklum saja ya? Hehehe. Begini, saya akan mulai cerita saya hari ini. Saya tiba-tiba ingat, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga. Saya sudah nyaman dengan kondisi saya saat ini. Ya, kondisi harus konsisten datang kontrol ke rumah sakit dan kondisi konsisten minum obat sampai tuntas dua bulan terakhir ini. Saya nyaman, toh kawan-kawan yang tahu kondisi saya ini tak pernah kelewat perhatian, begitupun keluarga saya. Adem ayem. Mereka paling hanya mengecek apa saya sudah minum obat atau kapan jadwal saya kontrol lagi. Itu saja. Saya tidak merasa berbeda dan dibedakan . Sampai suatu hari, tanpa saya kehendaki dan tanpa bisa saya hindari, semakin banyak yang menyadari kejanggalan yang ada pada diri saya. Itu membuat orang-orang bertanya, "Intan ken

Catatan dari Rumah Sakit

Gagal lagi saya berangkat ke rumah sakit pagi-pagi. Ini kali ketiga saya kontrol secara rutin dan mengambil obat, dan untuk ketiga kalinya saya harus ikut dalam antrian panjang itu di bagian administrasi. Ok, ini sudah jadi hal yang biasa untuk saya, maka harusnya saya bisa menikmatinya. Maka itulah yang saya coba : menikmati hiruk-pikuk rumah sakit. Di Poliklinik Pulmo, saya juga kurang beruntung karena antriannya cukup mengesankan. Baru saja lewat satu jam dari waktu pembukaan Poliklinik, namun luar biasa! Pasien sudah antri berjajar di kursi-kursi tunggu. Ya, berbeda dengan Poliklinik lain, di Poliklinik ini, kontrol dan pemeriksaan dokter memiliki jadwal sendiri-sendiri. Pasien baru biasanya dilayani setiap hari Senin. Hari Selasa dan Rabu biasanya untuk pasien tuberculosis, sementara Kamis dan Jumat untuk pasien asma. Itupun antara pasien perempuan dan laki-laki dibedakan harinya. Jadi tidak heran kalau pasien di Poliklinik ini selalu banyak, lha wong pasiennya pasien teta

Judulnya... Pindah

Tepat rasanya memilih waktu ini untuk menulis tentang pindah. Setidaknya untuk bernostalgia, bahwa pada tanggal 3 Maret-lah, kami sekeluarga (pada akhirnya) hijrah setelah menempati rumah kami yang dulu selama 22 tahun, wakktu yang tidak sebentar untuk menyatukan dirimu dengan air, udara, dan tanah di tempat tinggalmu. Waktu yang tidak sebentar untuk mengumppulkan kenangan yang telah kau buat sedari kau lahir. Iyapp, saya harus mengucap selamat tinggal dengan "kekasih" saya. Haha, lebay. Hari itu, setahun yang lalu. Tiba-tiba Mamah memberitahu saya bahwa kami akan pindah rumah. Saya agak shock juga karena menurut perhitungan saya, masih beberapa bulan lagi sampai kami bisa menempati rumah yang baru. Namun begitulah adanya, Bapak yang meminta. Saya sampai di Kepandean malam hari. Saat itu, beberapa tetangga berkunjung ke rumah kami. Bukan sekedar berkunjung ternyata. Mereka membantu Mamah mengosongkan rumah. Saya bengong . Kami pindah malam-malam, katanya, supaya besok bisa

Pak Djarot #2

Jreng jreng... Saya menulis tentang Pak Djarot lagi. Hobi amat? I do nothing for him, exactly. Siapa sih beliau? Tepatnya, beliau adalah orangtua saya ketika di sekolah dulu. Sudah kurang lebih delapan bulan ini beliau sakit. Tadi, saya baca postingan salah seorang kawan SMA, sebut saja namanya Fajar. Beliau bilang Pak Djarot kurus sekali, hanya sekitar 30 kilogram saja beratnya (walah, lebih 'ndut' saya!) karena beliau rada ogah makan. Mungkin memang selera makannya menurun drastis, atau mungkin memang sakit yang tak tertahankan.  Saat ini, beliau kembali ke rumahnya yang di Indramayu. Saya jadi berpikir, siapa yang akan menjaga beliau di sana, sementara tak ada keluarga satupun di Indramayu? Hm, mudah-mudahan tetangganya digerakkan hatinya untuk selalu membantu Pak Djarot, seperti yang selama ini mereka lakukan. InsyaAllah. Aaah, tiba-tiba saya jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Saya bermimpi, saudara-saudara! Dalam mimpi saya tersebut, dikisahkan bahwa saya

cercau kacau

Judulnya agak-agak nyeleneh ya? Biarlah, mungkin itu yang sedang mewakili saya hari ini. Yuk, ketawa bersama-sama....! Mungkin kau mau bilang, kenapa nih anak? Udah mah pilih judul aneh, malah ngajak ketawa pula. Ckckck. Maka saya akan jawab begini, hey, nikmatin aja! Detik ini kamu bisa marah dan di detik lain kamu juga bisa tiba-tiba tertawa bahagia, kan? So, kita SAMA. Yuk ah, mari kita tinggalkan pembahasan di atas. Suatu pagi, saat masih aktif kuliah (saat ini saya masih mahasiswa, tapi sudah tidak aktif kuliah), saya sering mengamati orang-orang. Hampir setiap pagi, saya menemukan pemandangan yang sama. Setiap gang menuju kampus tempat saya kuliah, selalu penuh disesaki mahasiswa yang dengan langkah tergopoh berangkat ke kampus. Begitupun jalanannya, penuh bahkan terkadang macet oleh kendaraan yang hilir mudik ke sana-kemari, orang-orang berangkat kuliah atau mengantar anak ke sekolah, ke pasar, atau ke kantor, atau sekedar untuk berburu sarapan. Lebih jauh ke jalan raya, saya