Mimpi

Ah, apalah arti sebuah mimpi!

Sejujurnya, saya selalu merasa takjub ketika mendengar orang menceritakan mimpinya, apalagi kalau menceritakan mimpi yang dialaminya secara detail. Gila, kok bisa? Mimpi itu kan, kita alami sewaktu tidur, kok bisa ya mereka ingat bagian-bagian dari mimpinya? Ah, saya mah tidak bisa melakukannya. Iya, selalu seperti itu. Okelah, kadangkala mungkin saya terlalu bersemangat di dalam diri saya, namun ketika terbangun zap! Tiba-tiba saja saya tak lagi memikirkannya. Lha, boro-boro memikirkannya, mengingatnya pun tidak, yaah... kecuali serpihan-serpihan kecil dari mimpi yang saya alami. That's it.

Lantas tiba-tiba saja, hari itu saya bertemu dengan dua orang kakak tingkat. Pada awalnya, kami sekedar menanyakan kabar masing-masing, berlanjut dengan membicarakan aktivitas kami saat ini, dan entah bagaimana mulanya, kami jadi membahas mimpi. Hm, mungkin begitulah kalau beberapa perempuan berkumpul, tak akan pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan.

Saya menceritakan kalau saya memiliki sedikit gangguan tidur, salah seorang kakak tingkat langsung mengatakan kalau saya sepertinya perlu membuat jurnal mimpi. Oalaaah, apa lagi itu jurnal mimpi? Katanya, ada baiknya setiap kali bangun tidur, saya langsung mencatat mimpi saya. Ini pekerjaan yang sulit bagi saya, tentu saja! Tapi kakak tingkat saya itu bilang, itu bisa membantu saya menganalisis kenapa saya sering mengalami gangguan tidur. Hft, begitulah kalau mahasiswa psikologi sedang berkumpul, rasanya ada saja bagian dari mata kuliah yang terbahas. Hm, tapi ide untuk membuat jurnal mimpi itu jadi menarik perhatian saya. Tampaknya sangat menantang dan pastinya, saya bisa punya "gudang" ide yang nantinya bisa saya olah menjadi karya, entah puisi maupun cerpen, mungkin juga novel. Iya, mimpi bisa jadi lintasan ilham untuk menulis.

Di sore yang sama, saya bertemu dengan dosen saya. Allah benar-benar mendekatkan saya dengan tema mimpi hari ini  rupanya. Tak disangka, dosen sayapun mengutarakan tentang mimpi. Tentang bagaimana ia memiliki passion untuk menuliskan mimpi-mimpinya yang kadang agak nyeleneh. Ada apa ya, dengan orang-orang, kok hari ini pada ngebahas tentang mimpi?

***

Saya mulai mengingat-ingat, saya pernah bermimpi apa saja ya? Tak banyak yang mampu saya ingat rupanya. Kalaupun ingat, ya itu tadi, hanya serpihan-serpihannya saja. Ada dua mimpi yang membekas dalam ingatan saya. Mimpi itu terjadi beberapa bulan lalu, mungkin sekitar bulan Maret-April. Begini kurang lebih. Hari itu saya bermimpi, tiba-tiba saja ketika sedang makan, gigi saya goyang, hampir akan lepas dari gusi. Lama-kelamaan, bukannya si gigi tercabut, tapi hampir semua gigi saya malah rapuh sekali, rontok, dan hampir hancur. Menurut kepercayaan orang jaman dulu, kalau bermimpi tentang gigi yang lepas, maka akan ada orang dekat kita (keluarga) yang akan terkena musibah, entah sakit atau meninggal. Saya cuek-cuek saja, meskipun beberapa kali, anggapan orang jaman dulu itu muncul di sela-sela pikiran rasional saya.

Lantas beberapa hari setelahnya, saya memimpikan bapak saya. Saya memang sudah lama tidak pulang karena jadwal PLA yang aduhai cukup menyita waktu, mungkin saya kangen sama beliau. Hari itu, lantaran lelah semalaman mengerjakan tugas, saya tertidur selepas Subuh. Kemudian tibalah fase mimpi itu. Saya sedang berada di bagian belakang rumah saya yang dulu. Ketika melewati dapur, saya melihat Bapak. Beliau duduk di sana, tak jauh dari Bapak berdirilah Mbah. Mereka berdua diam saja melihat saya. Saya terbawa perasaan, saya langsung menangis melihat Bapak. Entah rasanya sedih sekali perasaan saya ini, perasaan yang sulit didefinisikan atau digambarkan. Saya hanya tahu perasaan ini adalah perasaan rindu yang tak tertahan bercampur perasaan tak ingin kehilangan. Setelah bermimpi itu, saya bangun tiba-tiba. Sudah jam setengah enam. Bapak lagi-lagi membangunkan saya, hanya kali ini Bapak membangunkan saya dengan cara yang berbeda.

Dua mimpi ini menghantui saya berminggu-minggu, tak mau pergi, sampai akhirnya berita itu datang. Berita tentang Bapak yang jatuh sakit lagi. Keesokannya Bapak pergi.

***

Dua hari lalu, mungkin lantaran akan menghadiri akad nikah seorang kakak tingkat, saya memimpikan bertemu seseorang yang menyatakan akan menjadikan saya sebagai pendamping hidupnya. Ealaaah.

Mungkin memang benar apa yang dikatakan dosen saya bahwa mimpi adalah akumulasi perasaan, harapan, atau sesuatu yang membebani pikiran kita di siang hari yang kemudian terwujud dalam tidur kita. Mimpi, seperti apa yang dikatakan oleh Wikipedia, dreams are successions of images, ideas, emotions, and sensations that occur involuntarily in the mind during certain stages of sleep.


21 November 2011


Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi