Melipat Celebes

Hey kawan hey teman semua yang mendengarkan
ungkapkan rasa cinta dalam pelukan
bulatkan tekad untuk raih mimpi bertepi
sesegar kopi hangat temani warnai pagi
mentari senja tetap bersinar di ufuk barat
mari kita susun rencana kedepan kita melesat
cepat jangan terhambat oleh rasa ragu
tambahkan sedikit susu tuk aroma kopi yang baru

Hei kau jadikanlah
dirimu seperti yang kau mau
Hei kau ekspresikanlah
dirimu seperti yang kau mau

Ini tentang langkah yang kau tentukan
Cara yang kau pakai tuk mencapai sebuah tujuan
apa artinya kaki bila kau tak berjalan
apa guna mata bila tak menatap masa depan
untuk apa bermimpi bila kau tak melangkah
untuk apa kesempatan bila tak ambil celah
persetan aku dia juga mereka
bulatkan tekad lalu rasakanlah merdeka!  

-Expresikan, Bondan ft. Fade 2 Black

Adalah Celebes yang sangat saya impikan sejak membaca Tahta Mahameru yang diguratkan Azzura Dayana awal tahun lalu. Bagaimana mungkin saya menolak mengunjungi Bantimurung yang penuh warna kupu-kupu, serangga yang sejak sepuluh tahun lalu saya kagumi? Bagaimana mungkin saya menolak untuk singgah sejenak di Bulukumba, tempat Suku Bugis menorehkan sejarah pelayaran lewat kapal pinisinya yang melegenda? Bagaimana mungkin saya bisa tidak tergoda menikmati hamparan karst di Maros yang bahkan membayangkan keindahan dan ketentramannya saja sudah membuat hati saya berdebar tak sabar?

Bahkan sepanjang separuh tahun lalu, bayangan tanah Celebes, tanah tempat Sultan Hassanudin dulu berjaya sudah mampir di mimpi-mimpi malam hari saya! Hingga hari Minggu kemarin, saya sudah menyiapkan diri untuk menikmati petualangan itu. Tersisa dua pekan sebelum burung besi mengantar saya melintas Laut Jawa dan mendarat di Makassar. Hingga hari Minggu, semua seolah akan berjalan sesuai rencana.

Mungkin saya kurang melibatkan Tuhan, selain tentu Tuhan memiliki argumentasi yang tak bisa saya bantah atas takdir yang telah disusun-Nya bahkan sebelum saya sendiri melewati gerbang batas dunia rahim. Senin, haluan saya berubah. Peta Celebes harus saya lipat kembali, lalu disimpan kembali sambil menunggu waktu yang tepat untuk membukanya lagi.

Apa yang kau rasa saat impianmu sudah berjarak sejengkal, namun angin tanpa permisi menjadikannya terbang menjauh?

Dua hari ini saya dibersamai Bondan dan Fade 2 Black. Mereka terus-menerus membisiki saya dengan kata-kata ini,
Apa artinya kaki bila kau tak berjalan
Apa guna mata bila tak menatap masa depan untuk apa bermimpi bila kau tak melangkah
Untuk apa kesempatan bila tak ambil celah
Ada impian lain yang tiba-tiba merangsek masuk. Impian yang harus diwujudkan lebih dahulu dibanding banyak impian saya lainnya. Maka Celebes harus saya tepi-kan dulu, sementara impian lain saya persilakan mengambil jalur yang semula saya peruntukkan untuk Celebes. Sakit, tentu. Sakit sekali rasanya. Namun apa manusia punya kuasa sementara Tuhan telah menitahkan hal lain?

Mari kita susun rencana kedepan kita melesat
Cepat jangan terhambat oleh rasa ragu
Celebes tidak saya eliminasi, hanya rencananya akan saya susun ulang, sambil mengikhtiarkan waktu dan kondisi yang lebih tepat.

Ini tentang langkah yang kau tentukan
Cara yang kau pakai tuk mencapai sebuah tujuan

Bismillaah, saya berserah untuk kembali menyusun langkah.



Bagi saya, suatu tempat yang belum dikunjungi adalah bagaikan cinta yang tidak dibalas. -Eric Weiner dalam The Geography of Bliss

29 Januari 2014
Noer Ni'mat, saya menunggu waktu yang tepat untuk kita berjumpa.




Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi