Bukan Perpisahan

"Bandung is not a place. It's a feeling." Ridwan Kamil, Walikota Bandung

Saya tidak benar-benar tahu apa yang Tuhan gariskan. Namun tampaknya, saya memang sudah harus hengkang dari kota yang hampir 7 tahun ini menina-bobokan saya lewat udaranya yang dingin.

Suatu hari, seorang kawan bertanya, "kenapa Teteh bosen di Bandung? Saya malah pingin tinggal di Bandung!" Saya tersenyum saja, tak mampu menjawab karena saya tidak betul-betul punya alasan yang bisa saya ungkapkan dengan gamblang.

Mengapa ingin pergi? Impian saya sudah dibayar tunai. Mungkin itu saja alasannya. Bertahun lalu, saat masih kelas 2 SMP,  saya menginjakkan kaki pertama kali di Bandung tanpa ditemani orang tua. Saat itu, tepat ketika menyentuhkan kaki di Terminal Ledeng, saya berbisik dalam hati : suatu hari nanti, saya akan datang lagi ke Bandung!

Begitu baiknya Tuhan hingga bisikan hati yang sempat terlupa itu masih diwujudkan-Nya dalam takdir. Tahun 2005 saya kembali lagi ke Bandung, lalu mulai merantau pada tahun 2007. Maka kali ini, ketika hati saya melompat-lompat ingin mengucap selamat tinggal pada Bandung dan bergerak menuju arah matahari terbit, saya yakin waktu saya di Bandung sudah tak lagi lama.

Mengapa bosan? Sesungguhnya saya tidak punya kosakata lain. Jenuh? Bisa jadi. Hanya saja, saya bukan bosan atau jenuh dalam arti sesungguhnya. Saya mencintai Bandung. Mencintai Braga dengan sejarah yang tercecer di sekitarnya. Saya menyukai nafas kreatif Bandung. Saya suka deretan pohon mahoni di Jalan Cipaganti dan pohon-pohon angsana di beberapa jalan protokolnya. Saya suka berlama-lama di Masjid Salman atau menikmati senja dari taman di atas Parijs van Java, atau menikmati kontur gunung Tangkuban Parahu yang bisa saya lihat pagi hari dari kampus. Mungkin itu yang akan saya rindukan seandainya takdir saya di Bandung sudah habis masa kontraknya. Tentu juga akan sangat merindukan kawan-kawan saya di Kota Kembang ini.

Bandung is never a place. Lebih dari itu, Bandung selalu berikatan dengan perasaan.

Episode Bandung memang tiada duanya. Ini menjadikan kaki yang masih terpaku di tanah Priangan ini makin kuat getarannya. Dengan segala kerendahan hati, Bandung, izinkan saya melangkah pelan-pelan. Menuju Timur, membagi semangat yang pernah saya serap dari 7 tahun perkenalan kita.



27 Januari 2014
serasa akan pergi jauh.

Comments

johanurma said…
I think you really have the traveler spirit
but every place you visit will become special in your heart
because you have a way to make it special, even though it is just some little things

some times in the future I might have to say goodbye to you
but for now...
let's enjoy being here :)

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi