Melahirkan BBC

Ini bukan tulisan kejar target mengingat target blogging saya bulan ini harus melampaui aktivitas blogging saya bulan lalu yang hanya berisi 5 postingan. Bukan seperti itu. Ini lebih pada.. hmm, apa ya? Curahan hati mengingat pikiran saya akhir-akhir melayang ke beberapa hal dan berujung mentok pada BBC sebagai muara segala benang-benang kusut pikiran. Setidaknya, di BBC ada sebuah kamar imajiner yang siap saya isi dengan banyak pertanyaan, kemudian pertanyaan itu dilempar kembali pada saya untuk saya jawab. Seperti ada satu cermin besar tempat saya bisa berdialog dengan diri saya sendiri.
Logo oleh : Ardhityo Ramanda

Well, BBC. Bintang Book Corner, sebuah learning center berbasis perpustakaan. Gagasan yang belum paripurna diwujudkan. Buku-buku berjumlah sekitar 300 eksemplar itu masih menumpuk di lantai, belum ada rak yang menghiasi tiap sudutnya. Koleksi bukunyapun masih terbatas, sementara buku-buku anak sangat terbatas jumlahnya.

Dalam tulisan ini, izinkan saya mengajak diri saya berbicara. I want to tell about BBC on my own view.

Beberapa hari lalu saya dikirimi pesan di whatsapp, salah seorang Ranger (sebutan untuk pengelola BBC) mengabarkan kalau ia hendak resign dari pekerjaannya saat ini. Shock. Tentu saja! Di antara kami bertujuh, saya pikir dialah yang paling mapan secara finansial. Tidak dapat saya pungkiri, kami memang sedang butuh banyak sekali uang untuk mengembangkan BBC, setelah donatur kami yang semula berniat mem-backup biaya sewa rumah menyatakan ketidaksanggupannya untuk menjadi donatur. Oke, tak usah bahas persoalan itu. Yang jelas, saya coba memahami duduk persoalan si Ranger tersebut. Semoga bukan karena jatuh cinta setengah mati pada BBC hingga berniat mengabdikan diri sepenuhnya di rumah mungil itu. Saya paham kalau pengorbanan itu perlu. Oleh karena itu, saya akan menjadi orang yang paling bersedih seandainya keputusan si Ranger untuk resign hanyalah karena BBC. Sedih karena saya belum bisa menjamin agar ia bisa berdaya di BBC. Juga malu lantaran hingga saat ini kaki saya masih menapak di Bandung, bukan di Indramayu tempat BBC mulai mewujudkan impiannya. Syukur, keputusan si Ranger lebih kepada ketidaknyamanannya dengan sistem tempat ia bekerja. Dan ia memastikan ia telah memiliki gambaran tentang langkah-langkahnya untuk menapaki kehidupan pasca resign. Syukur alhamdulillaah.

Kembali ke soal BBC. Saya jadi memahami bagaimana seorang ibu berjuang agar anak yang dikandungnya bisa lahir ke dunia dengan selamat dan menjamin masa depannya dengan paripurna. Ya, meski berbeda konteks tentu saja. Namun, setiap kali ada kesulitan yang harus dihadapi, saya jadi memaksa kaki saya untuk bergerak. Seperti ada daya positif dari setiap kesulitan yang ditemui BBC. Seperti ada segudang alasan agar BBC bisa tumbuh dan berkembang. Dan ini saya akui tidak mudah. Kadang kala saya harus berdiam diri lama sekali ketika tidak mampu menjawab pertanyaan dari para Rangers. Apa yang harus saya jawab ketika saya memang tidak bisa menjawab? Apa yang bisa saya lakukan untuk BBC sementara kaki saya terpaku kuat di tanah Pasundan?

Seringkali saya malu pada sahabat-sahabat saya di BBC. Mereka orang hebat, bisa meluangkan waktu untuk sekedar mengengok rumah mungil di komplek kecil itu. Mereka membawa barang-barang kesayangannya demi menghias rumah kami; karpet, galon, rice cooker, boneka... ah, banyak sekali. Sementara saya baru bisa melihatnya dari kejauhan lalu merasa begitu malu dan iri.

In syaa Allah, di awal bulan depan, BBC akan memulai salah satu programnya; Al-Qur'an Corner. Program yang mendapat apresiasi dari RT setempat. Katanya, ada baiknya kami menemani anak-anak sejak waktu Maghrib tiba, karena pembinaan anak-anak di daerah tersebut dalam hal keagamaan belum pernah dilakukan. Kami menyambut baik usulan tersebut dan dengan penuh semangat mencari tenaga pendamping bagi anak-anak yang bisa memimpin shalat berjamaah sekaligus membimbing bacaan Al-Qur'an mereka. Ini juga tidak mudah ternyata. Belum banyak orang yang bisa memahami prinsip kerelawanan. Bukan salah mereka bila mereka belum tahu. Bagi saya, ini adalah catatan tersendiri bagi BBC, agar bisa memberdayakan relawan yang bersedia membantu. Memberdayakan artinya memberi timbal-balik yang seimbang, baik dari soft-skill maupun hard-skill sehingga para relawan dapat mengembangkan dirinya sesuai potensi masing-masing, tidak melulu diasosiasikan dengan dukungan finansial. Namun sekali lagi, ini bukan PR yang mudah meski tidak bisa dikatakan tidak mungkin bisa dilakukan. Kami tentu bisa memperjuangkannya, hanya saja kami belum menemukan bagaimana caranya.
The Rangers

Ah, BBC... jelang kelahiranmu di dunia, banyak sekali hal yang menggelayut di pikiranku. Bisakah kami mengantarmu hingga pintu gerbang dunia? Bisakah kami merawatmu, menjaga tumbuh-kembangmu hingga kelak kau bisa membantu banyak sekali putra daerah? Bisakah kami mempertahankanmu di tengah gejolak yang mungkin bisa menghalangi langkah kita?

Tiba-tiba saja saya teringat sebuah puisi dalam buku Menggenggam Dunia karya Pak Gol A Gong. Puisi itu berjudul Mencari Pelangi. Indah sekali tutur bahasanya;

 Kini giliranmu menikmati dunia
barangkali akan lebih keras menderita
atau lebih gembira
tapi tak akan kujanjikan kamu
bisa bermain-main air hujan
karena mencari pelangi 
adalah siksaan tak terperi.
Kini giliranmu menikmati hidup
walau yang kuwariskan 
adalah jejak-jejakku
silahkan kamu mencarinya sendiri

Kini giliranmu menikmati semuanya
pesanku: berilah ibumu kado pelangi
karena kami rindu hujan!


Saya mafhum, apa yang sedang kami perjuangkan belum seberapa berat halangannya. Banyak orang memperjuangkan impiannya bahkan hingga berpuluh-puluh tahun. Jadi, ketika perjuangan kami baru menapak bulan ketiga, tak layak bagi kami untuk mengeluh atau bahkan berhenti dan berbalik ke belakang.

Bismillah... Allah, inilah proposal impian kami, kiranya Engkau berkenan meringankan langkah-langkah kami dalam membuatnya menjadi nyata terlahir. Aamiin.


Find us on twitter and facebook:
@BintangBook_IMY
Bintang Book Corner
Alamat:
Komplek Gerbang Kencana KN.06 No.03 Indramayu
Email : bintangbookcorner@gmail.com


Comments

dekat dengan rumah mbak Intan?
Semoga bisa silaturahim ya mbak akunya, smoga juga bisa buka TBM di dekat tempat tinggal ku juga aamiin

Semangaaat mbak! Rampungkan tugas, dan kemudian kebas kebas jilbab *apasih
Unknown said…
itu yang namanya yeni, kaya teman aku deh, hahha btw yeni anak karangampel bukan yah mbak ?
Unknown said…
@Annis : nggak nis, lumayan sekitar 2,5 km dari rumah. Yuk kita rampungkan tugas dan jemput impian-impian :)

@Mba Dewi : Hihi, Yeni yang ini rumahnya di Balongan, Mba.. Namanya Yeni Nur'aeni.
Unknown said…
Oh tak kirain temen aku hihihi abis mirip banget, postur tubuh, muka, sama style-nya juga, dan dia alumni UPI juga, barang kali kenal, btw mbak intan jg kuliah di UPI toh ?
Aku saking penasarannya sampe2 tak sms tuh yenni temen akunya hahaha dan dia ga kenal :D karena Yenni tuh temen deket aku, asa aneh aja kok ga pernah cerita kalo gabung di BBC bersama mbak hheu.
Unknown said…
@Mba Dewi: Hihi, jadi pingin ketawa. :'D
Iya Mba, saya di UPI. Mba Yenni jurusan apa ya Mba?
Unknown said…
Sastra Indonesia mbak.. :)

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi