cercau kacau

Judulnya agak-agak nyeleneh ya? Biarlah, mungkin itu yang sedang mewakili saya hari ini. Yuk, ketawa bersama-sama....! Mungkin kau mau bilang, kenapa nih anak? Udah mah pilih judul aneh, malah ngajak ketawa pula. Ckckck. Maka saya akan jawab begini, hey, nikmatin aja! Detik ini kamu bisa marah dan di detik lain kamu juga bisa tiba-tiba tertawa bahagia, kan? So, kita SAMA.

Yuk ah, mari kita tinggalkan pembahasan di atas. Suatu pagi, saat masih aktif kuliah (saat ini saya masih mahasiswa, tapi sudah tidak aktif kuliah), saya sering mengamati orang-orang. Hampir setiap pagi, saya menemukan pemandangan yang sama. Setiap gang menuju kampus tempat saya kuliah, selalu penuh disesaki mahasiswa yang dengan langkah tergopoh berangkat ke kampus. Begitupun jalanannya, penuh bahkan terkadang macet oleh kendaraan yang hilir mudik ke sana-kemari, orang-orang berangkat kuliah atau mengantar anak ke sekolah, ke pasar, atau ke kantor, atau sekedar untuk berburu sarapan. Lebih jauh ke jalan raya, saya melihat di jalan raya lebih mantap lagi. Angkot-angkot penuh, bis damripun sama. Motor dan mobil saling berkejaran. Semua orang mengejar sesuatu. 

Sore hari, sayapun menemukan pemandangan yang hampir selalu berlanngsung sama tiap sore: mahasiswa pulang kuliah, pekerja juga pulang bergegas ke tempat tinggalnya, sebagian mencari makan malam, sebagian duduk-duduk bersama koleganya, sebagian lagi duduk di masjid-masjid. Anak-anak berlarian sambil tertawa atau asyik bermain petak umpet, sebagian mereka ada yang bermain kejar-kejaran di sela-sela waktu mengaji. Semua tampak mengejar sesuatu. 

Kini, saya yang dulu asyik menjadi pengamat, dipaksa menjalani rutinitas yang hampir sama : berangkat pagi-pagi dan pulang saat matahari sudah tidur, katanya mencari sesuatu. Waktu untuk mengamati aktivitas di jalanan sedikit saya jumpai. Saya mungkin masih sempat mengamati pagi, ketika jalanan disesaki mereka yang hendak beraktivitas dan Pak Polisi asyik menjalankan tugasnya membantu siswa-siswa SMP menyeberang jalan. Saya juga masih mungkin mengamati bagaimana ketika malam tiba, para pekerja bergegas pulang ke tempat tinggalnya masing-masing, kadang wajahnya sudah pucat kelelahan. Saya juga masih sempat melihat anak-anak pulang mengaji ketika saya pulang ke kontrakan.

Namun kini, saya dipaksa mengamati objek lain, dipaksa mendengar suara dari objek lain, yang mungkin tidak diberi kesempatan melakukan aktivitas pagi dan sore di jalan, mengejar sesuatu (ilmu, penghidupan). Saya dipaksa mengamati mereka : bagaimana mereka mengeja pagi yang begitu membosankan dengan batas tembok dan tidak bisa beraktivitas banyak, juga menikmati sore dari balik pagar besar itu. Mungkin sayapun ingin bilang, mereka juga mencari sesuatu : kebebasan. Sesuatu yang (kadang) tidak kita syukuri dibalik rutinitas harian kita di luar sana.


1 Maret 2012
kalaulah kebebasan itu diperjualbelikan, saya ingin beli satu saja dan saya hadiahkan padanya.

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi