Ed dan Erupsi Kelud

Cerita Ed kepada saya pagi tadi begitu menarik. Ed, dengan peluh yang masih bersisa selepas jogging di Balai Kota, menemui saya yang duduk di undakan tangga.

"Lu nggak pake masker?"
"Agak males pake. Lagian masker bikin saya susah nafas."
"Tapi abu Kelud katanya bahaya lo, bentuknya runcing. Tajem. Nanti kamu bisa kena infeksi saluran nafas."
"Kamu juga nggak pake." "Kenapa ketawa?"
"Hehe, nggak apa-apa."
"Such a weird..."


"Lu pernah kepikir nggak kalau meletusnya Kelud itu fenomena alamiah yang emang mesti terjadi?" "...sesuatu yang juga bisa disyukuri?"
"Waktu ada bencana, alamiah atau emang gara-gara kita manusia, harusnya kita banyak-banyak istigfar."
"Iya oke, gue sepakat sama elu. Tapi, elu pernah mikir nggak apa yang terjadi pasca erupsi?"
"Orang-orang ngungsi. Abu vulkanik nutipin semua yang ada di bumi. Bikin sesek. Lahar panas ngebakar apa aja yang dilewati. Banyak orang meninggal atau kehilangan keluarga, bahkan kehilangan rumah dan harta benda. Semacem itulah."
"Yap! That's right!"
"Terus menurutmu?"
"Apa gunung nggak boleh meletus ya?"
"Hmm..."
"Menurut elu gunung perlu meletus nggak?"
"Hmm..."
"Gue baca artikel kemarin. Katanya, di perut bumi itu ada magma."
"Magma itu apa?"
"Lu nggak belajar geografi?"
"Belajar, cuma udah lama banget nggak. Saya sedikit lupa."
"Bilang aja lu nggak tau! Haha. Dasar cewek!"
"Huhu. Lanjutin."
"Magma itu batuan cair yang suhunya tinggi. Panas banget."
"Terus?
"Iya, ada kalanya tekanan di dalem perut bumi itu gede banget sampe magma harus dikeluarin."
"Terus?"
"Lu antusias banget!"
"Ye, saya mau tahu lanjutannya!"
"Hehe. Sorry. Nah, salah satu mekanisme alamiah bumi buat ngejaga keseimbangan tubuhnya itu, ya dengan ngeluarin magma ke permukaan bumi. Kita nyebutnya erupsi."
"Ooo..."
"Gue sepakat, magma yang keluar dari dalem gunung atau disebut lava, ngerusak apapun yang dilewatinnya. Jangankan lava, abu sama awan panasnya pun bikin rugi masyarakat yang tinggal di sekitarnya."
"Nah! Terus bagian yang mesti disyukurinya di mana?"
"Hm, gue emang belum paham bener syukur itu kudu dipake pas kondisi apa dan taubat-istigfar itu dipake pas kondisi apa."
"Lalu?"
"Katanya, aliran lava itu bisa nyuburin tanah beberapa tahun setelah erupsi. Buat gue, ketika gue tau ini, ini kayak peremajaan tanah. Bener nggak sih? Keren ya?"
"Hm..."
"Setelah erupsi, banyak yang kehilangan pekerjaan. Tapi, lava juga ternyata nyisain pasir bahkan kristal yang bisa ditambang sama penduduk."
"Hm..."
"Pas erupsi, partikel di dalem gunung berhamburan ke udara. Nah, kata ilmuwan, itu bisa ngehalangin energi panas matahari, sekaligus ngedinginin suhu udara. Lu pernah denger efek rumah kaca? Atau pernah denger pemanasan global? Nah, mungkin ini cara Tuhan ngejaga keseimbangan panas di bumi."
"Hm... tapi hutan-hutan rusak kena lava, kan?"
"Iya bener. Tapi lu tau nggak, nanti bakal tumbuh lagi jadi hutan baru dengan ekosistem baru. Ini semacem siklus alamiah. Tuhan emang mempergilirkan segala sesuatu."
"Iya sih, tapi apa kamu nggak kasian sama orang-orang di Kelud?"
"Hm, Tuhan kasih kesuitan itu berbarengan sama kemudahan. Pertaubatan selalu diiringi kesyukuran. Jangan lu pikir gue apatis sama warga Kelud juga kali. Gue percaya, ujian ini udah ditakar Tuhan. Jadi, gue mau bantu warga Kelud supaya bisa laluin ujian ini."
"Ooo..."
"Eh, lu mau nemenin gue hunting masker?"
"Untuk apa? Kamu kan nggak make?"
"Iya, tapi kan saudara-saudara kita di Kelud atau di daerah yang kena abu Kelud lagi kekurangan masker!"
"O iya ya!"
"Jadi lu mau nemenin nggak?"
"Mau mau, saya juga mau beli yang banyak buat dikirim ke sana."
"Gitu dong! Beberapa pekan ke depan, gue pikir perlu pemulihan psikologis."
"Haha, kamu bukan anak psikologi tapi!"
"Hehe, iya sih elu bener. Tapi serius. Walaupun ini kejadian alamiah yang mesti terjadi, cuma warga pasti shock, mungkin trauma ngeliat hal dahsyat macem ini dan keilangan banyak hal."
"Iya! Namanya juga musibah."
"Gue kepikiran anak-anak di sana..." [The End] [Fiksi] [Ed's Stories]

Comments

lia falsista said…
Suka banget sama gayanya Ed.
Ed, salam kenal ya. :)

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi