Jatuh Cinta (Lagi)

Seperti apakah rasanya jatuh cinta?

Tiga pekan yang memaksa saya belajar banyak hal, di samping merupakan pekan yang begitu melelahkan. Hari ini, rupanya episode pembelajaran itu masih harus saya tempuh. Thanks God, I still have chance to learn more...

Tak ada firasat apa-apa hari ini. Pekerjaan di kantor selalu situasional, jadi tak ada firasat yang saya rasakan atas tugas yang mungkin saya terima hari ini di kantor. Tiga pekan ini saya sudah menjalani beberapa profesi dalam dinamika yang begitu cepat : menjadi guru home schooling, menjadi 'ibu rumah tangga', menjadi perawat, pun menjadi pendamping orang yang melahirkan. Jadi, saya tak perlu kaget kalau hari ini mendapatkan tugas yang agak seksi lagi.

Saya sedang duduk di depan rekan kerja saya ketika ponselnya berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Berdasarkan obrolan yang saya dengar, pihak kantor kami harus datang ke rumah sakit untuk mengurus administrasi salah satu klien kami. Yap, tugas itu jatuh ke tangan rekan kerja saya dan saya.

"Ya ampuuuun, ngurusin bayi juga??" begitu celetuk rekan kerja saya yang lain. Bagi saya tak masalah. Sejak awal saya mencoba mengerti jalan cerita dari pekerjaan yang saya geluti, pekerjaan yang menuntut kita luwes dan mampu melakukan hal-hal di luar logika pekerjaan. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, setidaknya mampu melakukan pekerjaan teknis di kantor, melakukan asesmen sederhana, mengkombinasikan menu, memasak (agar bisa membantu klien memasak atau membuat kue juga), mengajar, bermain dengan anak-anak, mendengar dan memperhatikan cerita atau perkembangan klien yang kadang sering dianggap tidak penting, home visit meski waktu sudah larut malam karena klien betul-betul memerlukan kita, mengantar ke rumah sakit maupun ke rumah sakit jiwa, menemani klien yang hamil, mengerjakan kegiatan sosialisasi ataupun pemantauan, berkoordinasi dengan pihak-pihak tertentu, menerima pengaduan klien, aah banyak sekali! Maka tak masalah bagi saya untuk mendapatkan tugas mengurus bayi yang akan kami jemput di rumah sakit ini.

Di rumah sakit, saya dan rekan saya mengurus ke bagian administrasi pemulangan pasien. Menunggu sekira satu jam untuk bisa dilayani hingga akhirnya kami menuju ruang perawatan bayi. 

"Ini bayinya... dipangku aja dulu ya Teh, sambil nunggu dokter dateng..." begitu kata perawat di sana. Rupanya rekan saya sudah menyiapkan skenario terbaiknya. Ia serahkan selimut bayi pada saya agar perawat langsung menyerahkan bayinya ke saya. Tuhan, saya belum pernah menggendong bayi yang baru berumur beberapa hari! Bagaimana kalau saya salah menggendong? Tanpa saya duga, adik bayi ini sudah beralih ke gendongan saya. Matanya menutup rapat, bibirnya sesekali menguap membentuk bulatan huruf 'o' kecil, lalu mengatup lagi. Pipinya tembam dan merah, rambutnya tak begitu tebal. Badannya terbungkus selimut. Harum sekali.

 Tuhan, perasaan apa ini yang muncul begitu tiba-tiba?

Mungkin saya memang melankolis. Hampir saja saya menitikkan air mata merasakan lembutnya bayi ini, merasakan tangan saya yang membekapnya dengan canggung karena takut. Saya memang menitikkan air mata pada akhirnya. Bukankah perasaan bahagia juga bisa didefinisikan dengan butiran air mata? Maka itulah yang saya rasakan. Saya bahagia melihat bayi yang belum bernama ini. Mungkin pula jatuh cinta. Bukankah secara alamiah, bayi bisa membuat orang yang melihatnya secara tiba-tiba merasakan cinta?

Tuhan, seandainya Kau izinkan, saya ingin melihatnya bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa...

Seorang anak berusia lima hari itu utuh telah membuat saya jatuh cinta, perasaan yang datang tiba-tiba dan tidak saya mengerti. Seorang anak yang lima hari lalu telah mengajari saya arti perjuangan, padahal melihat dengan jelaspun ia belum dapat. Padahal mendengar dengan tajampun ia belum bisa, padahal bicarapun pasti belum sanggup. Namun ia telah mengajari saya dan rekan-rekan saya untuk mencintai dan menerima apa adanya, mengajari ketabahan dan kesabaran, mengajari kesederhanaan dan kesyukuran. Entah bagaimana perasaan saya saat ini. Meski hanya menggendongnya sepanjang perjalanan rumah sakit-kantor, perasaan ini begitu meluap-luap di hati.


Seperti apakah rasanya jatuh cinta? Bagi saya, rasanya tak akan pernah sama.




Malam hari yang gerimis, merasa rindu pada adik bayi.
8 Rajab 1433 H

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi