Antara Kapal Kertas dan Kupu-Kupu Sutera Danastri... # 1

Lihatlah Banyu dan Nismara ...

Aku seperti terhisap matahari itu, masuk kedalam pusat galaksi warna-warni. Andai bisa aku rayu semua gugusan bintang diatas samudera itu untuk lebih mendekat dan melihat kedalam cahayaku. Aku ingin tahu seperti apa pendapat mereka tentang perahu kertas yang sekian banyak telah aku rangkai.

(Astri) Ketika dulu perahu kertasku terjatuh dan hanyut terbawa arus, rintik hujan seakan menjelma menjadi dinding kristal kemilauan indah, membuai dan menyilapkan mata sangat kemerlip. Membuyarkan semua akal sehatku dan sempat aku kejar perahu itu yang berkelok diantara bebatuan karang muara yang akhirnya lenyap ditelan gelombang bijak. Kenapa aku mengejar perahu kertas itu? Karena disitu ketika aku merangkainya ada banyak gambaran tentang dirimu. Begitu bodohnya aku, kenapa juga aku melukis gambarmu dipermukaan perahu kertas itu? Yang mana mudah remuk tersentuh air meski embun sekalipun.

(Astri) Ketika dulu engkau berjalan meniti jembatan diatas sungai itu, aku lihat begitu banyak kupu-kupu sutera terbang berkeliaran bebas menghampirimu, sehingga engkau berlari mendekatiku dan kemudian memelukku. Dengan tertawa begitu lepasnya hingga bahagia seakan tiada duka dalam hati kita, aku lihat engkau begitu cantik. Tidak ada sedikitpun kernyit kesedihan, seperti halnya kupu-kupu itu terbang bebas menari dengan gemulainya membius kita berdua dalam satu perasaan kasih sayang. Sedangkan disini sama sekali tidak satupun ada pohon arbei, yang ada hanya jati dan mahoni.





( 30/04-2012; 00:05 WITA UTC+8; 3°36’10.1”N, 116°55’0.7”E )

bersambung .....














catatan Intan : Puisi ini ditulis oleh seorang rekan, yang saya temui lewat jejaring sosial- satu group kepenulisan. Saya sedang mengerjakan proyek Banyu dan Nismara, beberapa puisi tentang Banyu dan Nismara saya posting melalui group tersebut, melalui blog maupun Kompasiana. Sampai suatu hari, puisi Antara Kapal Kertas dan Kupu-Kupu Danastri... # 1 ini muncul di wall akun jejaring sosial saya . Kaget, tentu saja! Kenapa puisi ini terasa familiar? Kapal kertas itu, kupu-kupu itu... Sampai saya menyadari, di baris pertama, tertera nama yang berminggu-minggu lalu menghantui saya : Banyu dan Nismara.
Terima kasih Kak Nanang, sudah mau mengenang Banyu dan Nismara! 

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi