Hujan


suatu hari, hujan menawari cerita. suatu hari, hujan menawari luka. dan kita sirna.

Hanya kita yang tak lagi menikmati hujan : pada butir-butir halus itu, pada detik yang membuat kita bersama, pada pelangi yang ramah.

Hanya aku yang selalu rindu : episode-episode tawa itu, ketika aku menari-nari dalam peluk rinai, ketika engkau berkejaran dengan gemuruh.

Hanya engkau yang selalu tahu : betapa waktu telah lama berlari dan mungkin tak lagi kembali. Ketika aku kalah dan engkau menyerah.

Hanya kita yang tak lagi mencintai hujan : pada rintik yang membuka luka, pada menit yang begitu saru. Pada kita yang tak utuh.

25 Desember 2012
Hari hujan, dan aku mengumpat di masjid. Mereka justru berlari dan tertawa.
Dakota – selaksa langkah dari rumah Teh Nurma 
dan yeah, nulis beginian lagi (^o^)/

sumber gambar : kimberlypackard.com

Comments

Popular posts from this blog

Yang Masih Anak-Anak, Yang Bijaksana [Catatan Perjalanan Krakatau : 4]

Trip to Have Fun with Kids

Indramayu dan Potensi Kebaikan