FOTO

Aku sedang coba menuntaskan membaca Partikel-nya Mbak Dee. Dari kemarin sudah 300 halaman kuembat, entah berapa ratus halaman lagi tersisa. Buku yang mulanya malas kubaca, bahkan untuk kulirik sedikitpun. Dee dengan bukunya sudah sangat populer. Aku semenjak kelas satu SMP sudah memutuskan hubungan dengan Harry Potter, sekaligus pintu gerbang pemutusan hubunganku dengan sesuatu yang digandrungi orang banyak. Tapi hari itu rupanya aku tergerak juga meraih Partikel yang sudah berminggu-minggu menganggur di meja kantor, buku itu milik teman Teh Ani. Dan aku meminjamnya kini.

Buku itu tentang Zarah, anak yang dididik dengan pendidikan tidak konvensional. Matanya ajaib, mata yang dibesarkan untuk merekam alam. Terlepas dari konflik-konflik yang mewarnainya semenjak kecil, tumbuhlah ia menjadi sahabat alam, menjadi mata, menjadi fotografer didikan alam. Ya, foto.

Entah kapan dimulainya, aku juga tak mengerti. Di bucket list-ku yang dahulu, aku memang pernah menuliskan ingin memiliki sebuah kamera. Dan entah kenapa, setahun belakangan ini aku begitu menggebu-gebu setiap ada diskon kamera, meski acap harus gigit jari lantaran belum bisa memiliki satu. Jadi aku harus berpuas dengan meminjam kamera sana-sini, pun menyita kamera kakakku yang sudah dicap milik oleh adik semata wayangku.

Aku suka foto. Ia adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kusuka.  Di dinding kamarku, terpasang sebuah poster foto bergambar tanaman paling tinggi di dunia, hasil jepretan fotografer National Geographic. Di desktop netbook-ku terpampang foto landscape dengan sebatang pohon gagah berdiri seorang diri, hasil jepretan Mathias Kentrup yang dibeli oleh windows. Ada pula beberapa jepretan Tuan Jerman itu di salah satu folder netbook-ku, foto yang kebanyakan menampilkan landscape dan detail bebungaan. Bagiku, itu foto-foto menakjubkan. 

Aku juga punya beberapa foto hasil jepretanku. Pastinya kalah jauh dengan hasil jepretan anak-anak Performa, salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampus yang concern dalam fotografi. Tapi untuk newbe sepertiku yang belum paham bagaimana menghasilkan sebuah foto kualitas prima, aku sudah cukup puas. Cukup puas mengabadikan bebungaan dan beberapa objek lain. 

Hm. Membaca partikel seperti menemukan "guru". Aku disuguhkan dengan berbagai objek hasil tangkapan "mata" Zarah, yang mau tak mau membuatku melayangkan imajinasi betapa indah alam di luar sana. Lebih dari itu, akupun disuguhi pengetahuan mengenai fotografi meskipun tak selengkap bila aku membaca buku manual bagi fotografer. Ah... Foto... Suatu hari nanti, aku ingin... Aku ingin bepergian, menjelajah Indonesia kalau bisa. Aku ingin menghadirkan apa-apa yang dicipta Allah lewat gambar, dan kuwariskan ke anak-anakku kelak.


~selepas menamatkan dua pertiga bagian Partikel, dan aku menemukan diriku tak sabar lagi untuk menulis dan membuat foto, tentu saja!
16 November 2012

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi