Tentang Pengamen
Apa yang membuatmu (pada akhirnya) memberikan beberapa rupiah pada
pengamen?
Saya agak tergelitik. Hari ini angkot
yang saya naiki terjebak macet di lampu merah tamansari, dan seperti biasanya
saat lampu merah (yang sebenarnya memiliki tiga warna; merah-oranye-hijau, maka
kita sebut saja lampu lalu lintas) menyala, seorang akang pengamen muncul. Ia
mengucapkan permisi, kemudian bersiap mendendangkan sebuah lagu dengan
gitarnya. Tapi pandangannya tidak menyapa kami, para penumpang. Ia membuang
pandangan ke sisi luar angkutan kota, dan mulai bernyanyi.
Tidak saya duga, ia mendendangkan
asma’ul husna. Tumben, karena biasanya, kebanyakan pengamen memilih untuk
mendendangkan lagu-lagu melayu yang terkadang mengharu biru atau tentang
cinta-cinta yang semu yang saat ini banyak digandrungi. Ia memilih
mendendangkan lagu yang berbeda, tentang nama-nama Allah. Beberapa pengamen
jalanan yang pernah saya temui memang ada yang menyanyikan nasyid juga, tapi
sekali lagi, jumlahnya tak banyak.
Dengan suara yang sedikit false, ia
percaya diri saja. Mungkin memang sudah menjadi modalnya seperti itu untuk
menjadi pengamen jalanan.
Ternyata, dengan jumlah penumpang yang
hanya empat orang saat itu, si akang pengamen ini justru mendapat ‘upah’ yang
lumayan banyak. Mungkin kami yang ada di dalam angkot menikmati dendangnya,
jadi ia menjemput rizki yang banyak. Dan memang skenario seperti itulah yang
Allah berikan untuknya hari ini.
Apa yang membuatmu (pada akhirnya) memberikan beberapa rupiah pada
pengamen?
Kalau engkau menanyakan pada saya
pertanyaan di atas, (mungkin) saya akan mengangkat bahu. Entahlah. Kadang saya insyaf, jadi tanpa pikir panjang
langsung saja memberikan beberapa rupiah yang saya miliki. Mungkin kadang
karena saya menyukai lagunya, entah lagu melayu maupun nasyid. Mungkin karena
keramahan rekan-rekan pengamen, karena yang saya amati, banyak pengamen yang
bersikap acuh. Sikap ini yang kadang saya pertanyakan, sebenarnya untuk apa
mereka menyanyi di hadapan kita (selain karena alasan ekonomi) kalau mereka tak
menikmati lagu yang dibawakannya terlebih tidak ‘berkomunikasi’ dengan
pendengarnya.
Jadi, apa?
~18 Juli 2011
nemu catatan lama. :D
Comments