Maria

Suatu kali, kita bertemu lalu berpisah lagi. Tapi satu pertemuan itu, telah menorehkan kesan mendalam yang rupanya menghiasi diri saya saat ini. Terima kasih, Maria.

Namanya Maria. Gadis SMA berjilbab, pendiam, hanya duduk di pojok ruangan sepanjang acara Workshop Pembentukan Forum Anak Kabupaten Indramayu. Dua hari acara, saya tak menaruh sedikitpun minat untuk mengenalnya, maupun sekedar menyapanya. Paling saya hanya tersenyum, ketika ia menangkap basah kalau saya tengah memandangnya sambil bertanya-tanya dalam hati. Ah, apa enaknya main dengan anak berkerudung yang duduk di pojokan sana, yang hanya diam saja dari tadi?

Namanya Maria. Pada akhirnya saya mengetahui kalau gadis berkacamata itu bernama Maria. Itupun karena fasilitator kegiatan workshop, Teh Diana. Ketika waktu rehat tiba, Teh Diana yang merupakan fasilitator dari Lembaga Perlindungan Anak Jawa Barat itu mendekati saya, dan duduk di samping saya. Ia merengkuh pundak saya dan berkata,

"Intan, coba deh ajak main Maria! Asyik lho..."
"Tapi Teh..." saya mencoba beralasan, tapi Teh Diana sudah memotong sebelum saya sempat mengutarakan alasan saya.
"Ayo, sana... ajak temen-temen juga tuh!" Teh Diana tersenyum. Ah, Teh Diana... Mana asyik ah, main sama anak yang tidak bisa berujar satu katapun itu. Begitu pikiran anak SMA saya berkata.

Beberapa menit berlalu. Saya masih duduk di tempat semula, sambil melirik ke arah Maria, sesekali. Ah, tapi apa salahnya mencoba berkawan dengannya? Akhirnya, dengan masih menyimpan keraguan, terpaksa dan ragu-ragu, saya mendekati Maria yang masih setia duduk di pojokan. Ia menoleh ke arah saya begitu menyadari kalau saya tengah mendekatinya. Ia tersenyum. Hebat! Saya jadi bingung sendiri, bagaimana saya harus menyapanya? Akan mengobrol apa kami nanti?

"Hai, saya Intan. Nama kamu Maria ya?" Maria tersenyum, lalu menjawab dengan menggunakan isyarat tangannya. Tuh kan... susah... Saya betul-betul tidak paham dengan apa yang Maria bicarakan, tapi yang saya tahu dia tersenyum di sela-sela ujarannya lewat isyarat tangan itu.

"Maria?" Saya berujar, ia mengangguk dan tersenyum lagi. Peserta workshop yang lain menghampiri kami.
"Maria, saya ga ngerti... kamu mau ajarin saya pakai bahasa isyarat?" Maria mengangguk.
"Oke, hm... kalau ibu, bahasa isyaratnya gimana?" tanya saya yang langsung dijawab Maria dengan membentuk huruf dalam bahasa isyarat dari jari-jari tangannya. Saya coba merekamnya dalam ingatan. Ok, saya bisa.
"Hm... kalau huruf 'a' bahasa isyaratnya gimana?" Maria lalu mempraktekkan dengan jemarinya. Teman-teman peserta semakin banyak yang merubung kami, tertarik atau mungkin terpesona. Mereka berebut bertanya pada Maria. Maria menanggapinya dengan sabar. Kami akhirnya bisa mengobrol dengan Maria, dengan kosa kata bahasa isyarat kami yang sangat terbatas, kadang harus betul-betul memperhatikan gerakan jemari Maria. Kami akhirnya bisa tertawa bersama Maria. Menyenangkan juga!

Hari itu untuk pertama kalinya saya menyadari satu hal, bahwa Maria gadis pendiam yang selalu duduk di pojok sepanjang workshop itu memiliki hal luar biasa. Hari itu, pada akhirnya, saya menyadari bahwa Maria memang seorang yang menarik. Kalau hidup adalah sebuah kotak, maka saya mencoba menempatkan diri saya di salah satu sudutnya, agar saya bisa melihat ke seantero sisi. Agar saya bisa melihat orang-orang di sekitar saya dengan lebih baik. Agar saya bisa memahami dengan lebih baik. Hari itu saya mencoba mengerti bahwa setiap orang adalah istimewa, yang bisa mengajari kita makna-makna kehidupan.





















1 Desember 2011
Hari Penyandang Cacat Internasional diperingati setiap tanggal 3 Desember dan disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1992. Semoga kita bisa lebih arif dan bijak dengan mentafakuri kehidupan teman-teman kita di luar sana, yang tengah diuji memiliki kebutuhan khusus.

Mengenang Maria. Dalam dua hari workshop, saya mengenalnya hanya satu hari. Workshop Pembentukan Forum Anak Kabupaten Indramayu, TP PKK Kabupaten Indramayu 17-18 Januari 2005. Difasilitasi oleh Lembaga Perlindungan Anak Jawa Barat.
Terima kasih Maria. Terima kasih Teh Dianawati (LPA Jabar) atas dorongannya untuk mengenal Maria. Terima kasih A Ipang (MCR Dharma Ayu), telah melibatkan saya dalam kegiatan tersebut. Terima kasih Zakki, Aji, Aiz, Indi, Nella, Tyas, dan Hadi (Forum Anak Kabupaten Indramayu) yang telah berbagi canda sepanjang kita bersama.

Comments

Agus Hae said…
keren kak,, terharu dengan yang satu ini..
dan kembali dibuat jatuh cinta dengan "ANIS",, :P
Unknown said…
anis yg mana ya? barangkali gagal paham nih :D

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi