Di Pojok Ruangan

Tampak seperti tidak disengaja memang, ketika jemari saya menari menjelajah folder-folder yang ada di dalam netbook, hingga berhenti tepat di sebuah folder bernama kenangan. Sebagaimana sebuah kenangan, ia memang bisa muncul kembali tiba-tiba; diinginkan atau tidak. Disengaja atau sama sekali kebetulan. Dan saya kembali pada tepian itu; kenangan.

Dan ternyata sebuah kenangan saja tidak cukup untuk dinikmati. Ada yang mendorong saya bergerak lebih jauh sampai akhirnya menemukan sebuah tulisan dalam blog yang dahulu begitu sering saya singgahi.

Ada yang serupa dengan kenangan yang sedang saya ingat kembali dalam tulisan itu. Ada rasa yang menyeruak lagi. Bagaimana bisa sebuah tulisan mampu memutar ulang kenangan dalam episode nya yang lengkap? Apa ada yang belum selesai hingga tulisan itu dihadirkan? Semoga tidak.

Entahlah. Kenangan membuat saya melihat diri saya sendiri di pojok itu, di waktu itu. Melihat bagaimana lemahnya saya, bagaimana cengeng dan melankolisnya saya. Melihat betapa lebay-nya saya.

Beberapa tahun setelah saya menutup pintu bernama kenangan, saya tahu bahwa setiap orang memiliki "batas waktunya" sendiri dalam kehidupan orang lain. Yang tidak saya tahu adalah bahwa batas waktu itu bisa membuat orang saling menghindari, bahkan untuk sekedar bertegur sapa saat berpapasan. Luka memang berpapasan dengan kenangan tanpa disapa olehnya. Namun mungkin itu yang paling baik bagi kenangan agar ia utuh karena tidak menjadi bagian dari masa ini, yang sedang saya jalani.

Namun ketika kenangan muncul kembali di hadapan setelah tahun-tahun inkubasi itu, lewat sebuah tulisan itu, saya bertanya-lebih kepada diri saya sendiri- sekarang bagaimana? Atau mungkin ketidaksengajaan sayalah yang salah. Karena jika jemari saya tidak menemukan folder berjudul kenangan itu, jika tidak kembali membuka blog itu, mungkin saya tidak memikirkan tentang kenangan. Mungkin saya tidak terdorong untuk menulis ini. Mungkin saya tidak kembali melihat diri saya yang berdiri di pojok ruangan itu: yang terlalu polos dan kekanakan menyikapi satu episode hidup.

Atau mungkin memang beberapa baris tulisan itu hanya sekedar tulisan yang tidak perlu didefinisi, ditafsir, atau bahkan diambil hati. :)

*tiba-tiba saja ingin mencurahkan banyak kata yang tidak pernah bisa diungkap* *lebay mode: ON*

Comments

Unknown said…
Memang, kenangan masa lalu kadang membuat kita menangis maupun tertawa, saya pun mengalami hal yang sama.Tahu mengapa? karena kita sama2 udah tua, hehehe...
kang tasoeka said…
bersukurlah bagi orang yang masih sempat mengingat kenangan nya...karena ada sebagian orang tidak sempat tuk membuat kenangan dalam hidup nya apalagi mengingat nya.....
"ujung pantai karangsong'

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi