Bu Toyib Pelesir ke Trans Studio

Orang sering menyangka, saya ini sering sekali jalan-jalan. Komentar macam ini biasanya datang dari teman-teman kosan, plus Ibu Kos, yang suka sekali melabeli saya dengan istilah "Bu Toyib" lantaran saya sering tidak menampakkan diri di kosan. Sebenarnya sih, saya tidak kemana-mana. Pekerjaan saya sekarang terbatas di ruangan saja, baik di LSM maupun radio. Hanya saja, saya ini suka malas pulang sore, dari masa SMP sudah seperti itu. Jadi agak susah mengubahnya.

Ke luar kotapun jarang, kalau bukan urusan pekerjaan atau sekedar pulang kampung atau menengok kakak. Saya memang suka traveling, tapi saya sadar lah, kalau sering banget traveling bisa jebol ini kantong. Makanya, ketika merencanakan perjalanan, saya suka bikin planning jauh-jauh hari untuk mempersiapkan kondisi kantong, apakah harus ditambal atau tidak.

Nah, entah dapat rezeki dari mana (dari Allah lah, pasti), hari ini Bu Toyib (baca: saya) dapat kesempatan buat nikmatin wahana yang ditawarkan Trans Studio Bandung. Sebenarnya kalau nggak ada kesempatan kayak gini (baca : gratis), saya lebih prefer pergi ke toko buku atau jalan-jalan keliling Bandung untuk menikmati liburan. Tapi ya sudah, mari kita nikmati saja Trans Studio ini! Mari...

Trans Studio belum lama nongol di Bandung.  Teman saya dulu sempat melamar jadi karyawan di sana. Ini wahana indoor kedua yang dibangun kerajaan bisnis Trans Corp, setelah sebelumnya sukses membangun wahana yang serupa di Makassar, Sulawesi. 

Nah, Trans Studio Bandung dibangun di kompleks Bandung Super Mall atau dulu biasa kita sebut dengan BSM. Kalau sekarang, semuanya sudah menjadi satu kompleks dengan nama Trans Studio Mall atau TSM, lengkap dengan hotel yang berdiri megah di dekatnya. Memasuki wilayah ini, jujur, saya merasa seperti bukan berada di Bandung!

Yeap. Mari kita bergegas beralih langsung ke wahana. Sebetulnya nggak jauh berbeda dengan tempat sejenis. Bedanya, di sini semua wahana ada di dalam gedung. Karena indoor, kita jadi nggak perlu panas-panasan. Kita cuma harus sering lihat jam supaya nggak lepas waktu shalat. Hehehe. 
Saya jadi ingat, sekira delapan tahun lalu, saya berkesempatan pula menikmati Dunia Fantasi (Dufan) secara free (heran kan, kenapa saya sering dapat free? Hehe). Di situ, setelah dipontang-panting di wahana pertama, saya menyerah dah. Langsung makan rujak karena tak kuat dengan rasa mual yang luar biasa. Nah, herannya, kenapa teman-teman saya begitu sampai di Trans, langsung memilih Vertigo sebagai wahana pertama untuk dicoba? Eh salah, saya yang memilih. Menikmati? Ooo tentu saja! Sampai pusing kepala ini. Tapi semua teredakan dengan Petualangan Si Bolang.

Kenapa dengan Si Bolang? Seperti biasa, Bolang mengajak kita jalan-jalan keliling nusantara! Kiddy banget deh, tapi asyik buat cooling down sejenak setelah berpusing di Vertigo.

Buat yang suka dengan pengetahuan, coba jangan lewatkan mampir ke Science Center. Pojok yang satu ini membawa kita ke dunia ilmu pengetahuan, hampir serupa dengan Puspitek di Taman Mini sana, juga Puspa IPTEK Sundial di Kota Baru Parahyangan, meski tanpa exhibition sepeda gantung atau kepala terpenggal. Bagian yang paling saya suka di pojok ini adalah tentang bagaimana tornado terbentuk (saya menggilai tornado catcher, hehe).

Tiga wahana tadi ada di area Studio Central. Masih banyak wahana di area ini. Tapi sebentar, saya ingin bercerita area yang lain dulu dengan wahana yang lain. Maklum, saya mencoba wahananya secara acak. Hehehe.

Bagian yang paling ingin saya kunjungi adalah wahana Negeri Raksasa, yang berlokasi di area Magic Corner. Hm... mungkin saya karena saya dibesarkan dengan buku-buku dongeng kali, ya? Jadi saya ingin merasakan menjadi Jack dalam cerita Jack and the Beanstalk, dengan naik ke negeri atas langit. Hehe. Di sini pengunjung diajak ke negeri raksasa, kemudian dihempaskan tiba-tiba ke bawah. Begitu berulang-ulang. Ditambah efek audio-visual, wahana ini cukup memacu adrenalin. Namun, menurut seorang teman, wahana ini kurang se-spektakuler Vertigo. Tapi untuk sekedar melepas jeruji kepenatan, cukuplah wahana ini membuat saya berteriak-teriak.

Dunia Lain juga jadi salah satu wahana yang menarik untuk dikunjungi. Namun bagi saya, tidak. Pengalaman setahun lalu masuk Rumah Hantu di Bandung Carnival Land, saya pikir cukup untuk saya. 
Hm, ingin menunggangi naga? Cobalah ke Dragon Riders, masih di Magic Corner. Sepintas, saya menyepelekan wahana ini. Ah, ini mah mainan anak kecil... Tapi naga tetalah naga. Dia punya keunikannya sendiri, meski tak sampai membuat saya berteriak histeris.

Beranjak ke area The Lost City, mata saya langsung tertuju pada Jelajah. Nah! Ini dia wahana yang paling saya suka! Saatnya berbasah-basah ria! Kereta luncur di wahana ini membawa saya berkeliling belantara, masuk ke bangkai pesawat terbang, kemudian menghempaskan saya ke bawah, byuurrr! Cipratan airpun tidak dapat dihindarkan. Seru! Lantaran mengasyikkan, saya kembali mengantri untuk mencobanya lagi. >.<
Di Sky Pirates membawa saya berkeliling area The Lost City. Tidak menegangkan sama sekali, namun "kapal udara" ini bisa jadi tempat yang asyik untuk berbagi keseruan wahana yang sudah dicoba bersama teman.

Sudah berapa wahana tadi yang saya ceritakan? Hmm... saya mungkin nggak akan cerita semua ya. Tapi yang satu ini sepertinya jadi wajib saya ceritakan. Jangan pernah melewatkan Yamaha Racing Coaster. Katanya, wahana seperti ini hanya ada 3 di dunia. Dua ada di Amerika, satu di Trans Studio Bandung. Mengapa istimewa sampai saya rekomendasikan? Roller coaster ini membawa saya melaju menuju ketinggian 50 meter, dengan akselarasi kecepatan hingga 120 km/jam, hanya dalam hitungan 3,5 detik! Dan yang paling "wow" adalah, saat ditarik mundur dengan kecepatan yang sama. Hm... "wow" lah.

Yeap. Tempat hiburan adalah tempat hiburan. Kadang memang merasa aneh, mengapa tempat hiburan justru menawarkan permainan yang memacu adrenalin? Tapi ya sudahlah, mungkin memang orang kita tertarik dengan permainan macam itu. Ada yang tertarik datang ke Trans Studio? Siap-siap kumpulkan uang dari sekarang! Karena kesempatan dapat masuk gratis seperti saya mungkin jarang terjadi (hehehe). Untuk masuk dan menikmati semua wahana, kita perlu menyiapkan uang sebesar Rp 150.000 di hari biasa, dan Rp 250.000 di hari libur. Cukup fantastis harganya bagi saya. Nah, untuk bisa menghemat, datanglah ke Trans Studio dengan perut full tank. Pasti, karena ini adalah tempat wisata, maka harga makanannya agak kurang bersahabat. Saya dan teman-temanpun melakukan hal yang sama. Barulah sepulang dari sana mampir beli bakso di luar kawasan Trans. Murah, enak, dan mengenyangkan pastinya. Hehehe.

Hm... apa lagi ya? Siapkan saja pena dan jangan lupa ambil peta yang ditawarkan petugas. Kenapa? Ini sih untuk memudahkan saja selama berada di sana. Jangan lupa beri check list pada peta, wahana mana saja yang sudah dicoba. Ok, segitu saja dulu lah berbagi cerita liburannya.

Akhirnya, saya kembali ke kosan sore hari, lagi, dengan komentar "Bu Toyib" yang kembali dilontarkan penghuni kosan. Ah, senangnya jadi Bu Toyib, jalan-jalan teruuuuss... :)



29 Maret 2013
Terima kasih, untuk tiketnya Bu :)
doc : pribadi

















Comments

apppppppit said…
teteh tanggal 29 ke tsb juga? kok ga ketemuuu?!
Unknown said…
Iyyyaaaa Apit... hehehe, bisa barengan gitu ya kita? Iya ih.. padahal bisa naik Yamaha bareng >.<
apppppppit said…
iyaaaa.. kok gak ketemu siiih. gondok ah.. apit gak naik yamaha, sereeem.. naik jelajah aja bikin syoknya lumayan lama... tapi nyesel gak nyobaiiin.. >.< ah coba ada teteeeeh.. bisa tengsin aku dan akhirnya nekat cobain yamaha.. :p
Unknown said…
hehehehehehe... yamaha cuma bentar kok pit, jd ga bikin syok kayak vertigo...
iya ya, coba kita ketemu ya, bisa naik jelajah ampe berapa kalieun meureun :D

Popular posts from this blog

Ketika Dolly Ditutup

10 Buku Ini...

Cirebon #2 : Sunyi di Sunyaragi