Menjadi Penjelajah
Bapak mengenalkanku pada debu, pada jalanan yang berdebu. Kemudian ia membawaku menjauh, bertemu nelayan melempar sauh. Ia membiarkanku mencium pematang, pada hari yang benderang. Dan ia mengirimku pada hari, agar kudapat berlari.
Kantor yang telah sepi, malam yang kian hitam. Si kecil Kirakira -netbook saya- dengan setianya menemani. Mulailah saya "menjelajah". Dari twitter, google, dan tak lupa facebook. Di facebook, saya temukan satu notification di grup Backpacker Koprol yang saya ikuti. Mba Noe yang melempar topik : Jogja. Disahuti Mba Donna yang menanggapi dengan penjelajahan di Teluk Kiluan, Lampung. Ah, saya hanya bisa ikut "menonton" saja.
Saya jadi ingat bucket list saya ketika awal kuliah, salah satu list yang saya buat adalah, saya ingin melakukan perjalanan. Kalau tidak salah, saya menulis ingin backpack ke Jogja dan Bogor. Alhamdulillaah, dua tempat itu sudah saya singgahi. Alhamdulillaah sepanjang 2011 hingga 2012 Jawa Barat hampir semuanya pernah disambangi, meski untuk urusan pekerjaan. Dan, mengawali tahun 2013 ini, saya menghadiahi diri saya sendiri untuk melakukan penjelajahan. Beberapa sisi kota Bandung disambangi. Bersama Raudika, meski tidak lama, saya juga "berlabuh" di Banten.
Begini, saya suka berjalan-jalan dan selalu kabita untuk berjalan-jalan. Di tembok kamar, sengaja saya tempel dua peta sekaligus : peta dunia dan peta Indonesia, dengan maksud mengkondisikan diri saya untuk menjadi penjelajah. Seperti yang Raudika bilang, mungkin ini adalah sebuah pencarian. Atau mungkin juga ini adalah "warisan" yang belum saya sadari. Namun rasanya, saat ini hasrat (ceilee) untuk melakukan perjalanan dan penjelajahan belum dapat tersalurkan dengan optimal. Masih banyak hal yang perlu dipikirkan sebelum melakukan perjalanan, setidaknya begitu bagi diri saya. Dan ya, sampai saat ini, saya masih merasa cukup puas menikmati perjalanan orang lain. Itulah mengapa, oleh-oleh yang sering saya minta ketika mendapati kenalan saya melakukan perjalanan adalah cerita. Cukup cerita saja karena dengan itu saya bisa membayangkan sebuah perjalanan.
Oke, semoga saya bisa segera menjadi penjelajah. Melangkahi Sabang hingga Merauke. Mencari aurora borealis hingga aurora australis. Berkhidmat di Mekkah dan berbaring di rerumputan New Zealand. Bismillaah, semoga menjadi takdir.
Ibu bilang, di manapun kamu berada, itu tetaplah bumi milik Allah. Namun setiap perjalanan belumlah bermakna bila kamu tak mau menautkan hati dan langkahmu ke Mekkah, tempat hati berjumpa pemilikNya.
28 Februari. Menyampaikan impian.
28 Februari. Menyampaikan impian.
Comments