Menemukan "Rumah" di Angkringan
Hari itu, saya keukeuh mengajak orang kantor untuk makan di angkringan. Rasanya sudah sepekan lebih tidak mampir dan nangkring di sana. Syukur, Teh Nun antusias. Saya pikir iapun sudah lama tak makan-makan di angkringan. Jadilah saya dan Teh Nun berangkat naik motor ke Angkringan Mas Jo, angkringan yang setahun ini jadi langganan saya. Sementara itu, Ibu Dine dan Ibu Levy mengikuti di belakang. Mereka cukup penasaran lantaran kami, golongan muda, gemar sekali mampir di angkringan setiap pulang kerja.
Angkringan Mas Jo hari itu tak terlalu ramai, masih ada dua meja panjang yang kosong melompong, tak seperti biasanya. Mungkin karena mahasiswa masih berkutat dengan nuansa awal semester (apa hubungannya coba? entahlah, anggap saja mereka jadi terlampau sibuk atau apalah). Angkringan Mas Jo biasanya memang selalu ramai. Terletak di Jalan Gelap Nyawang tepat di seberang Gedung MBA ITB Bandung, menjadikannya sebagai salah satu alternatif makan malam bagi para mahasiswa. Meski di sekitar Jalan Gelap Nyawang banyak penjual makanan kaki lima, Angkringan Mas Jo tak pernah kehilangan pelanggan setianya.
Tak perlu merogoh saku dalam-dalam ketika makan di sini. Menu yang ditawarkan ala kampung, jadi tak perlu khawatir dengan budget makan yang tipis. Ambil saja satu bungkus nasi kucing ditambah gorengan satu potong dan sate usus misalnya. Minumnya cukup air teh hangat. Kita hanya perlu membayar Rp 4.000,- saja untuk bisa membuat perut berhenti keroncongan. Menu lain yang ditawarkan di sini adalah nasi kucing dengan berbagai variasi isi, aneka sate, aneka gorengan, tempe dan tahu bacem, ayam, ceker, kepala ayam, mie godhog, nasi goreng mawut, dan lain-lain. Jangan lupa tambahkan sambalnya biar lebih mantap!
Untuk minumnya, pilihannya juga banyak sekali. Dari yang gratis tak usah bayar, hingga yang menantang adrenalin. Cobalah kopi joss. Seperti di daerah asalnya, Yogyakarta, Angkringan Mas Jo juga menyajikan kopi joss sebagai salah satu minuman andalannnya. Dibuat dari bubuk kopi dan gula pasir yang disiram air panas, kopi joss sangat memikat karena tambahan bara panas ke dalam cangkirnya. Sayapun masih belum mengerti apa fungsi dari bara tersebut, namun mungkin sensasinya yang banyak dicari orang.
Lalu mengapa disebut angkringan? Malam itu, saya tanyakan pertanyaan serupa ke Mas Agus, salah satu personel Angkringan Mas Jo. Ia bercerita kalau warung macam ini ada beberapa macam. Di Solo, warung dengan makanan ala kampung ini disebut HIK, alias hidangan istimewa kampung. Menunya relatif sama dengan yang di angkringan. Sementara itu, di Yogyakarta, warung macam ini memang disebut angkringan, dengan filosofi tempat untuk nongkrong. Jadi, kita bisa bebas nongkrong lama-lama di angkringan dan pedagang angkringan tak akan memprotes.
Mungkin filosofi itulah yang membuat para personel Angkringan Mas Jo tampak ramah meski sering kali SKSD (sok kenal sok dekat) dengan para pengunjungnya. Dan mungkin, inilah daya pikatnya : kita seperti menemukan "teman" makan. Dan mungkin, itulah yang membuat saya kembali datang untuk makan di angkringan meski hidangannya sederhana saja. Bagi saya pribadi, seperti menemukan sebuah "rumah". Di rumah, makanan yang sangat biasapun menjadi asyik untuk dilahap habis karena kehangatan suasana di dalamnya. Nah, seperti itulah yang saya temukan di angkringan.
Malam itu, saya memesan mie godhog, menu yang tergolong istimewa bagi saya karena harganya jauh di atas harga menu yang lain. Saya juga minta dibakarkan sate kulit. Segelas es teh manis turut menemani makan malam saya. Hm... nikmat. Dan saya pun cukup terhibur dengan obrolan-obrolan kecil yang diutarakan personel Angkringan Mas Jo, sesekali tertawa. Tak terasa, malam makin beranjak, sudah saatnnya pulang.
"Mbak besok ke sini lagi?" tanya Mas Agus.
"Wah, nggak kayaknya Mas..." jawab saya.
"Wah, saya mau ngajarin sulap, Mbak!" saya tersenyum.
"Tapi nanti pasti saya balik lagi..." lanjut saya dalam hati.
Aneka sajian di Angkringan Mas Jo |
Comments
Tulisanya menarik, kemampuan deskrifsi Intan bagus. Penempatan foto apa tidak sebaiknya lebih pas di atas pada saat memperkenalkan tempatnya. lalu di bagian bawah fotonya diseuaikan dengan isi. Semisal foto makanan pesanan Intan atau foto mas Agus sebagai salah satu personel Angkringan mas Jo. (sok komen aye...he)