Memaknai Perbedaan

Pelajaran mengenai hidup, mungkin bisa kita petik di mana saja karena taman-taman kehidupan begitu luas terbentang. Mungkin juga apa yang saya tulis di sini sudah termaknai oleh kawan-kawan sekalian. Namun kadang kita terlupa, sedikit terhanyut hiruk pikuk sampai-sampai pemaknaan hidup itu terendap begitu saja dalam bangunan alam bawah sadar.

Kawan, sedikit ingin berbagi. Ketika melihat orang yang kita temui di jalan, di kampus, di masjid atau di mana pun, sering kali kita langsung memberikan komentar (walaupun komentar itu tersimpan di hati saja). Entah komentar baik, entah komentar yang masyaAllah, justru membangkitkan buruk sangka. Sama seperti yang pernah saya alami. Ketika melihat seseorang, kadang saya berharap ia menampilkan apa yang saya harap ia tampilkan di hadapan saya, mengharap ia tampil sesuai gambaran yang saya inginkan. Iya, kadang kita memaksa orang lain sama seperti apa yang kita mau. Padahal, saat itu lah sebenarnya kehidupan ini indah, ketika satu orang berbeda dengan orang lainnya. Ketika setiap orang memiliki gaya yang berbeda dengan kita. Saat setiap orang memiliki postur tubuh yang berbeda dengan kita.

Kita kadang terlalu egois, mengharap orang lain sama seperti apa yang kita mau. Padahal pelangi pun indah karena perbedaannya. Padahal pegunungan sejuk karena komposisi pepohonannya yang berbeda. Dan, sesungguhnya perbedaan itu bukanlah suatu masalah. Permasalahannya adalah, bagaimana kita memaknai perbedaan itu sebagai suatu hikmah.

Ketika kita melihat seseorang berbeda dengan kita, bukan hak kita untuk melabelkan ia. Bukan hak kita untuk men-judge ia. Justru kewajiban kita ialah mengajaknya dengan hikmah, bukan memberi penilaian negatif kepada orang lain tanpa kita mau merangkulnya.


[segenap salah yang masih dalam pikiran, segenap buruk sangka yang menghantui... Allah, pertemukan saya dengan orang-orang yang saya lukai, walaupun sering kali orang itu tidak mengetahuinya... agar saya dapat mengucap maaf, sebelum waktu benar-benar habis.]


Sedang mengoperasi facebook saya, kemudian menemukan curhatan tahun 2009

Comments

Popular posts from this blog

Yang Masih Anak-Anak, Yang Bijaksana [Catatan Perjalanan Krakatau : 4]

Ed dan Erupsi Kelud

Indramayu dan Potensi Kebaikan