It Has Been A Year
Tumben, di sebuah koran, tiba-tiba muncul artikel tentang HIV/AIDS dan TBC. Hari ini bukan hari AIDS maupun hari TBC, right?
Membaca artikel tersebut, membuka kembali perjalanan saya setahun lalu. Dimulai pertengahan November lalu, ketika semuanya masih samar-samar tapi begitu menyita energi. Habis-habisan, energi saya terkuras habis waktu itu. Maka dimulailah bulan-bulan bertemu dokter itu. Hingga hari ini, mungkin sampai setengah tahun ke depan. Saya harap sih begitu.
Bagaimana rasanya memiliki bakteri tuberkulosa di dalam tubuh? Sama seperti orang sehat kebanyakan. Kecuali malam-malam yang membuat badan panas, kecuali pagi-pagi yang bikin meriang. Kecuali kesulitan saat menoleh, saat memiringkan badan ketika tidur, saat menelan, mendongak... Kecuali saat cairan itu keluar menetes tak kunjung berhenti (yang ini tampaknya agak vulgar, ya?). Kecuali sakit luar biasa ketika di- apalah itu namanya. Dan rasa eneg karena tiap hari harus minum obat. Begitu saja.
Tapi saya telah melaluinya, tampaknya bakteri-bakteri ini masih betah tinggal lebih lama dalam tubuh saya.
Membaca artikel itu, saya jadi teringat betapa giatnya saya dahulu mencari informasi tentang penyakit ini. Mengapa bisa terjadi? Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana agar saya bisa sembuh? Apa resiko ketika saya memutuskan memulai pengobatan? Ah, rasanya itu sudah lama sekali berlalu... Well, it has been a year...
Comments