Angin, Gemintang, dan Aku

menyambung puisi seorang kawan yang baru kehilangan putra.

Angin.
Hanya ia yang setia membawa harum-mu,
masuk ke dalam jantungku yang mulai dingin
dan merindu.

Gemintang.
Hanya ia yang menyusupkan wajahmu,
dalam lamunan yang membentang
di sisi sukmaku, menunggu.

dan hanya aku
merindu dan menunggu
dalam lambaian angin yang mengajak gemintang berlalu.



11 Januari 2013
saat kehilangan, mengabadikan engkau.

fineartamerica.com

Comments

Popular posts from this blog

Yang Masih Anak-Anak, Yang Bijaksana [Catatan Perjalanan Krakatau : 4]

Ed dan Erupsi Kelud

Indramayu dan Potensi Kebaikan