Hadiah di Pagi Hari
Serang masih digelayuti sisa hujan semalam. Kalau tak ingat pagi ini aku harus bekerja, maka sudah kurebahkan lagi tubuhku di kamar Anis yang hangat.
Kami berdua duduk di sebuah bangku kayu panjang dekat dengan warung rokok kecil di depan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Aku menunggu bis Merak-Bandung. Anis menemaniku. Kami bicara tentang banyak hal hingga bis yang kutunggu tiba. Anis memberiku tas biru kecil yang sedari tadi digenggamnya sebelum aku melompat naik ke dalam bis. Katanya, itu untukku dan Mba Isti. Aku agak tak enak hati menerimanya. Pemberian itu terlalu istimewa.
Bis yang kunaiki berjalan perlahan memasuki gerbang Tol Serang Timur, melaju menuju Bandung. Aku sempat tertidur beberapa waktu dan ketika aku bangun lagi, bis rupanya baru memasuki Jakarta. Jalanan padat, bis yang kunaiki terjebak di hiruk-pikuknya Jakarta. Aku memandangi tas kecil yang sedari tadi tergeletak di kursi di sampingku. Apa isinya?
Hati-hati, kutengok ke dalam tas itu. Ada dua bungkusan yang disampul rapi dengan kertas kado. Salah satunya ditulisi :
Pagi ini aku mendapat hadiah dari gadis Rangkasbitung. Hadiah yang sederhana namun membuatku merasa istimewa. Di penghujung usiaku yang ke dua puluh empat, aku semakin menyadari bahwa aku dikelilingi orang-orang yang baik hatinya.
Anis, for all your kindness and the gift, I thank you.
Bis yang kunaiki berjalan perlahan memasuki gerbang Tol Serang Timur, melaju menuju Bandung. Aku sempat tertidur beberapa waktu dan ketika aku bangun lagi, bis rupanya baru memasuki Jakarta. Jalanan padat, bis yang kunaiki terjebak di hiruk-pikuknya Jakarta. Aku memandangi tas kecil yang sedari tadi tergeletak di kursi di sampingku. Apa isinya?
Hati-hati, kutengok ke dalam tas itu. Ada dua bungkusan yang disampul rapi dengan kertas kado. Salah satunya ditulisi :
Senang punya teteh "Mba Intan", bidadari beransel ^^ -AnisAda rasa haru yang menyeruak. Rasanya aku tak sesempurna tulisan itu. Apa istimewanya aku? Tak ada. Namun tulisan itu mengundang air mataku untuk jatuh. Aku belum pernah merasa berarti seperti ini. Anis, gadis asal Rangkasbitung itu sungguh berhati lembut. Ditulisinya orang-orang yang pernah singgah di hidupnya dalam hati. Padahal bisa jadi, orang itu tak berarti bagi orang kebanyakan.
Pagi ini aku mendapat hadiah dari gadis Rangkasbitung. Hadiah yang sederhana namun membuatku merasa istimewa. Di penghujung usiaku yang ke dua puluh empat, aku semakin menyadari bahwa aku dikelilingi orang-orang yang baik hatinya.
Anis, for all your kindness and the gift, I thank you.
Aku dan Anis, Januari 2014 |
Comments