Trip to Have Fun with Kids

Beep. Sebuah pesan masuk.

Ada acara di komunitas Rumah Ilmu di Ragunan. Kamu dateng aja. Acaranya lumayan seru, ada kreativitas bersama anak-anak.

Begitu bunyi sepotong sms yang dikirim Bang Adhit, salah satu kawan dalam Krakatau Writing Camp tempo hari. Aku yang hari itu memang berencana mengunjungi kakak di Depok agak tergelitik juga dengan ajakannya. Ini seperti memulai lagi episode baru bagi serial yang sudah lama tak kugeluti lagi : beraktivitas dengan anak-anak.

Maka pagi hari Minggu itu, aku sudah menunggu Juju di Terminal Depok. Juju sendiri adalah kawan yang juga kutemui di Krakatau Writing Camp. Ini pertemuan kami yang ketiga, setelah sebelumnya kami bertemu kembali dalam seminar kepenulisan di Salman ITB. Hari itu, kami akan bersama-sama berangkat menuju Ragunan dan bermain bersama anak-anak di Rumah Ilmu.

Pukul 10.00, aku dan Juju baru sampai di Terminal Ragunan. Kami masih harus mengendarai angkutan kota menuju lokasi. Rumah Ilmu sendiri terletak di Jalan Sadar No. 77. Sampai di pintu belakang Kebun Binatang Ragunan, Bang Adhit yang sudah lama menunggu kami juga turut serta dalam angkutan kota yang kami naiki. Tak berapa lama, sampailah kami di Rumah Ilmu.

Gerbangnya terbuat dari kayu, tulisan Rumah Ilmu yang tak cukup besar sebagai penanda, ada di depan gerbang. Kesan asri langsung tertangkap begitu kami masuk ke balik gerbang. Pandanganku langsung tertuju pada sebuah pendopo kecil tempat di mana sekitar 30 anak tengah khidmat menerima pelajaran bahasa Inggris dari kakak relawan. Kami memang terlambat datang, namun sepertinya, hari ini akan berlangsung cukup panjang. Jadi, kami menikmati saja goresan-goresan skenario yang sudah dibuat Tuhan ini.

Ah, aku jadi ingat pada Dimas, pada Putri, pada Eko... pada adik-adikku dulu. Mungkin mereka sudah cukup besar sekarang untuk kembali bermain bersamaku. Sekira 3 tahun lalu, aku sempat menerjunkan diri untuk menikmati dunia anak-anak. Setiap hari Minggu pagi selama hampir 4 bulan, pekerjaanku adalah membuat program dan mengajak anak-anak di sekitar Pasir Jaya, Bandung untuk bermain. Kami bermain apa saja; menanam tanaman, menggambar, bercerita, olahraga bersama, bernyanyi, mengamati beragam jenis tanaman, juga mengunjungi museum dan peternakan. Indah sekali duniaku kala itu hingga akhirnya programpun berakhir sudah. Anak-anak itu, bagaimana ya kabar mereka?

Kembali ke Rumah Ilmu. Setelah pelajaran Bahasa Inggris selesai, Kak Romi, salah satu relawan di sana, mengambil alih kendali. Anak-anak dimintanya untuk menggambar pada selembar kertas kuarto hitam. Agak out of the box juga idenya, karena anak-anak diminta untuk berimajinasi dari selembar kertas hitam. Anak-anak kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok dilengkapi beberapa kotak crayon. Aku dan Juju turut serta dalam beberapa kelompok tersebut. Kami ikut menggambar bersama anak-anak. Rupanya, daya imajinasi aku dan Juju sudah dibatasi usia. Gambar kami standar saja, sementara anak-anak itu menggambar sesuka imajinasinya. Ada yang sibuk menggambar sambil bercerita, tentang rumah-rumah yang terbakar, tentang ikan-ikan yang pandai bicara, tentang minion, gitar dan sebagainya. Rupanya, Tuhan memiliki cara yang sungguh jenaka untuk mengembalikan kesadaran kami, bahwa kami sudah bukan anak-anak lagi.

Kak Romi mengajak beberapa kelompok untuk masuk ke ruangan yang dindingnya telah di-set agar bisa digambari oleh anak-anak. Sayang, aku tak sempat mengabadikan kegiatan mereka di ruangan tersebut. Mungkin nanti, Bang Adhit mengizinkanku untuk memakai beberapa foto hasil jepretannya di postingan ini.

Menjelang dzuhur, anak-anak diajak untuk turun ke taman yang ada di dekat situ. Semua turun tanpa alas kaki. Seorang kakak yang berprofesi sebagai penari, mengajari anak-anak beberapa dasar-dasar tarian. Aku mengintip kegiatan mereka dari atas rumah pohon yang ada di sana, sebelum akhirnya memutuskan untuk turut serta dalam keceriaan anak-anak itu. Anak-anak dibagi ke dalam beberapa kelompok, kemudian mereka membuat pertunjukan sederhana. Kelompok pertama mementaskan ular naga dan kuda, sementara yang lainnya mementaskan menara yang dikelilingi kupu-kupu. Aih, anak-anak! Bahkan hanya dalam hitungan menit, imajinasi mereka liar keluar dan membentuk kreasi yang membuat mata terbelalak kagum!

Sayangnya, kegiatan hari itu berakhir sudah. Namun syukur, Kak Romi dan Kak Fitri mengizinkan kami untuk kembali datang di kegiatan Rumah Ilmu bulan depan. Kami beruntung sekali! Ya, semoga kami memiliki banyak kesempatan luang agar bisa kembali menikmati keceriaan-keceriaan sederhana dari tawa anak-anak itu. Semoga saja!




Terima kasih untuk episode hari Minggu lalu, Bang Adhit & Juju!
Juju and her drawing

Bang Adhit si Tukang Jepret

Ikan-ikan yang bisa bicara

Belajar menari

Three of us




Comments

Unknown said…
cie-cie yg udah banyak anaknya haha...
aku yg berterimakasih banyak teh intan udah ngajak aku :D
Nurul Noe said…
Hmm.. seandainya aku nggak lagi sekarat kemarin :/
Unknown said…
sayang anak, sayang anak.... ahuyyy... yippi, akhirnya punya anak lagi. moga kita nggak bosen ke RI yak!
Unknown said…
bulan depan ikut nyok! :D
Unknown said…
and the story is still continue..:)
Unknown said…
This comment has been removed by the author.
Unknown said…
to be continued, insyaAllah :)
lia falsista said…
coba aja, kemarin diriku ikut, hmmm.. pasti bisa ngerasain keseruan yang kalian rasain. :D
Unknown said…
ahuyyy... ya benaaarr... dan dirimu pasti gembira banget li, krn ada rumah pohon!!
lia falsista said…
rumah pohon dan anak-anak. I love them!
efek anak bungsu yg gak punya dik. heheuuuu

Popular posts from this blog

Yang Masih Anak-Anak, Yang Bijaksana [Catatan Perjalanan Krakatau : 4]

Indramayu dan Potensi Kebaikan