Kepada Malam
Hanya suara langkah yang sesekali tertangkap indera pendengarku. Malam sudah merayap ke tengah. Malam, beban ini betul-betul memaku kakiku jauh melewati permukaan bumi. Pernahkah engkau merasakan sesal? Bagiku, mungkin inilah sesal itu. Membaca obrolan-obrolan di chat room itu seperti mengulang kembali hari yang telah berbilang. Aku yang ada di hari itu. Larut dalam kecerobohan kecil yang berujung pada perasaan bersalah yang dalam. Dalam sekali meski coba kututupi berulang kali. Aku membaca hati-hati mereka yang gelisah, namun dibungkus dengan selapis senyum yang tertuju padaku. Aku tahu, ada luka yang menggaris di sana, luka yang kubuat. Malam, cukupkah itu menggambarkan sesal yang tengah menjangkiti waktu-waktu yang kupunya belakangan ini? Malam, tak bisakah engkau memberi penjelasan tentang hari itu? Atau kau ajak bulan untuk berjalan mundur ke belakang, sedikit saja. Agar ia bisa memberiku terang, di antara halimun-halimun yang tak mau beranjak ini. Hanya suara ketuka...