Surat Untuk Anakku (1)
Untuk engkau, yang lahir dari rahimku. Anakku, sebelum tuntas membaca ini, ijinkan aku minta satu hal saja darimu. Sebutlah nama Allah banyak-banyak. Hari masih pagi ketika aku memikirkanmu. Memikirkan, apakah kelak akan ada seorang manusia yang akan lahir dari rahimku? Usiaku 24 tahun saat menulis ini. Beberapa sahabat bahkan sudah bisa mengajak anaknya berlari. Aku masih menunggu, kapan kiranya Tuhan mempercayaiku. Matahari pagi ini bersinar cerah sekali, semoga engkau dapat merasakannya juga nanti. Angi pelan saja berhembus, sampai-sampai tak ada tanda yang ditinggalkannya di kulitku. Dedaunan sesekali bergoyang. Beberapa kendaraan melaju, menyisakan suara gesekan antara aspal dengan roda. Berisik? Tentu. Aku sedang berada di halaman, merasai matahari. Di pelukanku, seorang bayi berusia beberapa hari, tengah tidur terlelap. Sesekali bibir mungilnya bergerak lucu. Ia juga menggeliat saat merasa tak nyaman dengan gendonganku yang belum ahli. Matanya terpejam, beberapa kal...